Olivia mengerjapkan kedua matanya, kemudian dengan terburu-buru menegakkan tubuhnya dan beranjak dari ranjangnya segera setelah dirinya menyadari jika ia harus memulai rencana besarnya pada pagi ini, rencananya menjadi istri yang baik untuk suaminya, Albern Lancaster.
Sesampainya di rumah mereka semalam, Olivia tidak langsung tidur dan mengistirahatkan tubuhnya setelah melalui banyak hal melelahkan seharian kemarin. Wanita itu lebih memilih menjelajahi internet untuk menemukan hal-hal apa saja yang bisa dilakukannya untuk menjadi istri yang baik.
Sejujurnya Olivia masih merasa belum pasti dengan hasil penemuannya mengenai hal-hal itu, akan tetapi ia tidak ingin melewatkan dan membuang waktunya dengan hanya memikirkan semua itu di kepalanya. Ia merasa, semakin cepat ia memulainya, semakin cepat pula ia mendapatkan hasil dari usahanya, dan karena itu, secara asal, ia memutuskan untuk mengikuti sebuah petunjuk dari salah satu tulisan yang dibacanya. Tulisan itu secara sederhana menjelaskan bahwa langkah pertama yang bisa dilakukannya untuk menjadi istri yang baik adalah dengan memberikan perhatian pada suaminya. Hal semacam itu dapat diwujudkan dalam kegiatan kecil seperti bangun pagi-pagi sekali untuk mempersiapkan sarapan, bahkan akan lebih baik lagi jika dirinya bisa membuatkan bekal makan siang untuk suaminya.
Walau yang sebenarnya Olivia tidak begitu yakin apa suaminya itu akan membutuhkan hal semacam itu darinya, akan tetapi sekali lagi, ia akan mencobanya.
Dan oleh sebab itu, di sinilah dirinya sekarang, berlari terburu ke arah dapur, kemudian mengambil secara asal bahan-bahan yang tersedia di lemari pendingin miliknya. Jarum jam menunjukkan pukul enam pagi, dan Olivia percaya jika dirinya mampu untuk setidaknya membuatkan sarapan untuk suaminya.
Olivia mungkin tidak ahli dalam bidang masak memasak, akan tetapi setidaknya dirinya dapat melakukan sesuatu yang sederhana, dan ia pikir ia akan membuatkan toast untuk makan pagi Albern kali ini. Setelah hari ini, ia mungkin bisa mulai memikirkan untuk mengikuti kelas memasak sehingga ia dapat melakukannya dengan lebih baik . Sebenarnya, Olivia pernah beberapa kali mengikuti kelas memasak, namun karena ia tidak begitu menyukainya, ia mengikutinya dengan asal untuk membuat ibunya tidak mengomelinya.
"Haruskah aku menyiapkan minuman juga untuknya?" Olivia bergumam lirih mempertanyakan kebimbangannya itu.
Namun, yang lebih membuatnya bimbang sekarang adalah minuman apa yang harus disediakannya untuk Albern. Olivia tidak pernah benar-benar memperhatikan pria itu ketika mereka makan bersama, apa lagi untuk urusan makan pagi... Ia rasa terakhir kali mereka melakukannya bersama-sama adalah sebulan yang lalu, jika dirinya tidak salah mengingatnya.
"Apa yang biasanya diminumnya di pagi hari?"
Kopi? Apa pria itu menyukai kopi? Jika iya, apa ia menyukainya dengan atau tanpa cream? Atau mungkin ia lebih menyukai teh di pagi hari? Lalu, teh mana yang lebih disukainya? Teh hijau atau hitam? kemudian manis atau tawar? Hmm... atau mungkin pria itu biasa meminum susu di pagi hari? Namun, apa ia meminum produk semacam itu? Ah... tidak sepertinya itu bukan sesuatu yang sesuai dengan pria itu. Yang paling pasti dan Olivia tahu mengenai minuman yang mungkin disukai pria itu adalah anggur. Ya, ia cukup sering melihat pria itu menikmati minuman semacam itu, tetapi apa ia akan meminumnya di pagi hari?
Argghh... rasanya benar-benar membingungkan, dan memikirkan mengenai hal itu membuatnya menyadari jika ia sudah meninggalkan omeletnya cukup lama, tanpa mendapatkan solusi apa pun dari kebingungannya itu.
"Sialan." Umpatnya kesal ketika kepulan asap mulai memenuhi dapurnya.
Dengan terburu, ia segera mematikan kompornya. Ia terdiam cukup lama menatapi kekacauan apa yang baru saja dibuatnya, dan bersamaan dengan itu, Albern keluar dari kamarnya, terlihat sudah begitu siap untuk pergi dengan setelan kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to be a Good Wife
Romance~Cerita ini original milik saya, mohon untuk tidak memplagiat, menyalin, dan membagikannya ke platform atau tempat baca lainnya. Terima kasih~ Olivia Lancaster selama ini hidup dengan hanya memikirkan dirinya. Ia hidup tanpa benar-benar peduli denga...