Perasaan terkejut sekaligus takut memenuhi diri Olivia ketika mendengar pertanyaan tak terduga yang keluar dari bibir suaminya, Albern. Tanpa sadar, bibirnya bergerak dengan sendirinya menggumamkan pertanyaan pria itu mengenai ungkapan ketidaksukaannya.
"Kau tidak menyukainya?"
Albern mengalihkan pandangannya dari Olivia. Ia tidak membalas pertanyaan lirih wanita itu, tetapi berucap singkat menyatakan kesimpulan yang diperolehnya.
"Vanessa, dia yang memintamu melakukannya."
Mendengar perkataan itu, dengan spontan Olivia buru-buru mengelak, "tidak, dia tidak memintaku melakukannya, akulah yang bertanya padanya mengenai hal apa yang kau sukai ketika sedang berpergian seperti ini."
Olivia tampak ragu, tetapi ia kembali mengutarakan keresahannya, "apa ... Apa kau benar-benar tidak menyukainya?"
Wanita ini bertanya apakah Albern menyukainya? Apa Albern menyukai segala hal yang dilakukannya yang hanya mengingatkannya pada kenangannya dengan wanita itu? Kenangan akan wanita yang sungguh-sungguh ingin dikuburnya dalam-dalam.
Satu hal yang sejak awal terpikirkan olehnya ketika istri tidak pedulinya ini tiba-tiba saja memintanya untuk datang dan menemaninya ke tempat ini, ia ingin menolaknya dan sebisa mungkin menghindar dari tempat ini. Albern tidak benar-benar ingin datang kemari dan berakhir hanyut dalam kenangan yang rasanya sia-sia saja untuk dipikirkannya. Ia pikir kedatangan mereka kemari mungkin akan memperbaiki keadaan wanita itu setelah kepergian kakeknya, mengingat bagaimana wanita itu terlihat begitu terpukul dengan itu. Namun, yang terjadi, apa yang mereka lakukan dengan datang kemari malah membuatnya merasa muak dan terluka ...
Albern tidak akan menyalahkan Olivia mengenai apa yang sudah terjadi, mengingat wanita itu tidak mengetahui apa pun mengenai hal ini. Namun, sikap wanita itu yang tiba-tiba memedulikan kesukaannya menjadi sesuatu yang janggal. Apa yang sebenarnya wanita itu inginkan darinya? Karena jujur saja, semua hal yang dilakukan wanita itu tidak seperti dirinya yang dikenal Albern.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Olivia?"
Pria itu mengembalikan tatapannya pada Olivia, yang membuat Olivia buru-buru mengalihkan pandangannya dari pria itu.
Sungguh, ia tidak siap dengan pertanyaan itu. Apa yang sebenarnya diinginkannya dari pria itu?
Setelah beberapa waktu ini mengusahakan diri untuk bisa mengesankan pria itu, pada akhirnya mereka sampai pada titik ini, titik di mana pria itu memahami jika ada sesuatu yang berbeda dari dirinya saat ini, sesuatu yang membuat pria itu tahu jika Olivia menginginkan sesuatunya. Benar. Ia memang menginginkannya, Olivia ingin tetap hidup di tempatnya saat ini, ia tidak ingin kehidupannya berubah. Ia tidak ingin Albern membuangnya ketika pria itu menemukan seseorang yang diinginkannya.
Namun begitu, ia tidak bisa mengatakan alasan yang sebenarnya pada pria ini.
"A ... Apa maksudmu? Aku tidak menginginkan apa pun darimu." Kilahnya dengan terbata. Tetapi tentu saja tidak semudah itu membuat seorang Albern Lancaster percaya dengan perkataannya.
"Beberapa waktu terakhir ini, kau melakukan sesuatu yang bukan seperti dirimu ...
"Kau berusaha membuat sarapan untukku, membawa makan siang ke kantorku, dan meminta liburan seperti ini, dengan melakukan beberapa kegiatan bersama. Sesuatu yang tidak pernah kau lakukan atau kau minta sebelumnya ...
"Lalu, kau juga berusaha memenuhi kesukaanku sekarang."
Kesukaan yang sejujurnya begitu meragukan untuknya.
"Sebenarnya, apa yang kau inginkan dariku, Olivia?"
Olivia masih dipenuhi perasaan terkejut, entah itu karena untuk pertama kalinya ia mendengar perkataan yang begitu panjangnya dari pria itu atau karena isi perkataan pria itu yang dengan jelas memaparkan jika pria itu benar-benar menyadari perbedaan apa yang terjadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to be a Good Wife
Romance~Cerita ini original milik saya, mohon untuk tidak memplagiat, menyalin, dan membagikannya ke platform atau tempat baca lainnya. Terima kasih~ Olivia Lancaster selama ini hidup dengan hanya memikirkan dirinya. Ia hidup tanpa benar-benar peduli denga...