Chapter 08

413 40 3
                                    

Albern tidak memahami mengapa kedatangan Grace, sekretarisnya, membuat istrinya buru-buru berpamitan untuk pulang, sementara yang ditangkapnya dari ucapan sekretarisnya beberapa menit lalu, wanita itu sepertinya sempat melakukan sesuatu yang berkaitan dengan istrinya, sesuatu yang Albern sendiri tidak ketahui.

"Aku membutuhkan beberapa dokumen  berkaitan dengan tanah yang ada dalam projek baru kita, tetapi aku tidak dapat menemukanmu." Ungkapnya pada wanita itu, sepeninggal Olivia.

"Saya meminta maaf untuk itu, Tuan. Sebelumnya Nyonya Lancaster datang dengan membawa beberapa makan siang untuk Anda, tetapi beliau merasa ragu sehingga meminta tolong pada saya untuk mencarikan makanan lain yang biasa Anda konsumsi untuk makan siang Anda." Penjelasan dari sekretarisnya itu membuat Albern menyadari... kedatangan Olivia ke kantornya ini bisa saja dilakukan dengan sengaja.

Jadi apa kau berpikir wanita itu merelakan waktunya untuk datang dan membawa banyak makanan ini untukmu?

Albern menggelengkan kepalanya. Tidak. Wanita itu tentu tidak akan melakukannya. Bukannya Albern berpikiran buruk mengenai wanita itu, hanya saja, selama tiga tahun pernikahan mereka, wanita itu tidak pernah merepotkan dirinya untuk melakukan hal apa pun yang berhubungan dengan dirinya, sehingga rasanya sedikit aneh menemukan wanita itu bertindak seperti itu sekarang.

Selain itu... permintaan wanita itu yang begitu tiba-tiba, mengenai pergi berlibur bersamanya. Ia teringat beberapa waktu lalu ketika dirinya menyanggupi usulan ibu mertuanya untuk mengajak wanita itu pergi berlibur, Olivia dengan keras menolaknya. Wanita itu beralasan jika dirinya sedang tidak ingin berpergian kemana pun saat itu. Apa kali ini keinginannya itu lagi-lagi dipengaruhi oleh kepergian kakeknya?

Haruskah Albern menanyakan perihal keadaan wanita itu? Mengingat tingkah tidak hiasanya seharian ini? Namun, bagaimana jika ia membuat wanita itu tidak nyaman dengan perlakuannya itu?

"Tuan? Sebelumnya Anda meminta saya untuk membawakan dokumen tanah proyek baru kita, apa Anda masih memerlukannya sekarang?"

***

Olivia rasanya ingin mengutuk dirinya sendiri karena lagi-lagi, dalam satu hari ini, ia tidak berhenti mempermalukan dirinya sendiri di hadapan Albern.

Bodoh. Bodoh. Bodoh.

Ada apa dengan dirinya yang tidak berhenti bertindak ceroboh seharian ini? Tidak hanya mengenai kemunculan sekretaris pria itu yang mungkin akan menimbulkan persepsi mengenai kedatangannya yang bukan merupakan suatu kebetulan belaka, melainkan juga mengenai perkataan spontan yang keluar dari bibirnya itu.

Berlibur? Apa ia gila?

Ketika seharusnya ia menunjukkan sesuatu yang baik sehingga dirinya mampu membuat suaminya itu terkesan padanya, dirinya malah melakukan perbuatan yang sebaliknya.

Ya Tuhan, pria itu dengan baik hatinya menawarkan supaya dirinya bisa kembali ke rumah kakeknya dan memperbaiki keadaannya, sesuatu yang selain diinginkannya juga merupakan hal yang wajar dilakukan ketika seseorang sedang berada dalam keadaan berduka seperti ini. Namun bodohnya dirinya yang malah memilih mengajak pria itu berlibur bersamanya di tengah keadaan yang seperti ini.

Olivia tidak tahu apa yang mengambil alih pikirannya hingga ia mengatakan hal semacam itu pada pria itu. Tetapi yang pasti, sekelebat pikiran mengenai bagaimana dirinya bisa menjadi lebih dekat dan memperoleh kesempatan untuk menunjukkan jika dirinya bisa menjadi istri yang baik untuk suaminya di situasi yang seperti itu membuatnya melakukannya.

Selama ini... mulai dari mereka berlibur untuk agenda bulan madu pernikahan mereka hingga untuk menutupi rumor-rumor yang beredar mengenai hubungan mereka, Olivia tidak pernah sekalipun memperhatikan pria itu. Ia bahkan tidak tahu apa yang dilakukan pria itu selain bekerja di tengah liburan mereka yang sedang berlangsung saat itu. Olivia jadi teringat ketika dirinya sama sekali tidak memedulikan pria itu yang berada di dalam kamar hotelnya seharian, sementara dirinya pergi keluar dan menikmati liburannya itu. Selain karena dirinya tidak ingin melewatkan kesempatan menyenangkan semacam itu, berlibur mewah di usianya yang masih begitu belia, yaitu sembilan belas tahun, ia juga merasa tidak bisa menghadapi pria itu... tidak setelah apa yang terjadi di antara mereka di malam sebelumnya.

How to be a Good WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang