#4 - A Chance

1.3K 122 26
                                    

Cinta memang nggak bisa ditebak arah dan muaranya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta memang nggak bisa ditebak arah dan muaranya. Tidak ada alasan untuk mencintai seseorang. Bahkan setiap jengkal alasan yang kita miliki, entah pertemuan yang buruk atau pertemuan yang baik. Cinta bisa saja muncul di hati seseorang.

Seenggaknya itu yang Rafky rasakan ketika ia melihat Yayan lagi malam itu. Di Velvet, ketika dia kira di lapangan tadi adalah saat-saat terakhirnya ngobrol sama Yayan. Ternyata, dia masih bisa bicara di malam itu. Keduanya saling memandang di parkiran bar itu, suasana sepi hanya ada angin malam yang terus mendorong dirinya buat ngomong segala hal yang dia rasakan selama ini ke Yayan. Tapi mulutnya seakan mati, dengan lihat Yayan saja hatinya udah tenang,

"Catch!," Yayan melempar kunci mobil pada Rafky. Dengan sigap, Rafky menangkapnya. Sejenak ia bingung kenapa Yayan kasih kunci mobil hasil taruhan itu.

"Apa nih?," tanya Rafky.

"Lo boleh ambil lagi mobilnya. Gue nggak butuh-butuh amat, lagian kalo gue bawa pulang ke rumah. Nyokap pasti ngomel, gue bawa mobil dari hasil taruhan." Jelas Yayan. "Gue juga kepikiran sama orang tua lo, takut lo dimarahin sama mereka gara-gara mobil lo jadi taruhan. Maksud gue bawa-bawa mobil lo jadi taruhan, sebenernya nggak ada niatan apa-apa ..."

Rafky terdiam, ia melihati kunci itu sebentar. "It's okay, gue ngerti kok".

Yayan mengangguk, sampai ia lihat kakinya Rafky yang masih memar karena pertandingan tadi. Ia merasa kasihan melihat Rafky maksain diri buat jalan demi ketemu Yayan.

"I'm sorry about your leg," kata Yayan.

"Gapapa, udah mendingan juga." Balas Rafky dengan senyuman. "Ngeliat lo di sini, bikin gue membaik".

"Oh? Okay, ... ." Kata Yayan sambil berjalan mundur dan membalikkan tubuhnya. "Good night then".

Sekejap Rafky panik ketika Yayan akan pergi meninggalkannya. Dia berusaha melangkah untuk mendekat ke Yayan. Tapi kakinya sakit sekali jika ia gunakan selangkah lagi. Rafky serasa ingin mengucapkan sesuatu pada Yayan, tapi dia ingin ada didekat Yayan.

"Why did you leave me?!," teriak Rafky sambil menahan perih. "After that night, you said you'd call me! But why didn't you call me?".

Seketika langkah Yayan terhenti. Ia berusaha menahan posisinya, tanpa harus melihati Rafky. "Itu cuman one night stand, Ky. Hubungan semalam aja, awalnya gue nolak ajakan lo. Tapi lo terus ngajakin, dan gue nggak enak sama lo. Di tambah ..."

Yayan agak ragu buat lanjutin omongannya, " ... ada something, yang nggak bisa gue ceritain ke lo yang pada akhirnya, gue mau ke hotel malam itu sama lo".

"I don't care why you want to come. My question is, why did you disappear? Why don't you call me, don't chat with me anymore? Why?," tegas Rafky.

Yayan nggak jawab, dia terdiam dan masih takut buat liat Rafky. Ia berpikir, mungkin emang saatnya malam itu dia bereskan buat selamanya. Dia nggak mau ada di dekat Rafky. Dia udah punya pacar, udah punya jalan yang baik buat masa depannya. Hingga kemudian, Yayan pun akhirnya berani membalikkan tubuhnya. Menghadap wajah Rafky yang penuh emosi, dengan matanya yang berkaca-kaca.

Till I Get You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang