#6 - Influence part 1

1.1K 101 31
                                    

***JANGAN LUPA FOLLOW & VOTE CERITA INI YA***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***JANGAN LUPA FOLLOW & VOTE CERITA INI YA***



Happy Reading



-

-

-

Jevan melangkah di atas suburnya rerumputan hijau halaman belakang, membawa sebuah dirigen berwarna merah di tangan kanannya dan sebuah kotak plastik kecil di tangan kirinya. Ia berjalan menuju bayi api yang tengah memakan beberapa barang hingga menghitam. Seperhatiannya Jevan pada si bayi api, ia memberi makanan bergizi yang berada di dalam dirigen itu. Tak butuh waktu lama, si bayi api kini tumbuh besar. Si bayi api nampak menari-nari, seakan berterima kasih pada Jevan. Namun pemberiannya tidak cuma-cuma, ia memiliki sebuah permintaan pada si bayi api untuk membakar sebuah kartu sim ponsel yang ia keluarkan dari kotak plastik kecil. Kartu itu telah melukai adiknya sejak lama. Dia tidak ingin adiknya mengingat rasa luka itu. Si bayi api mengabulkan permintaan Jevan dan memakannya hingga menyisakan aroma menyengat di udara.

*****

Padahal masih jam 5 pagi, hari masih gelap walau burung-burung sudah berbalas cuitan. Nggak seperti biasanya, Rafky sudah rapi dan bersiap ke sekolah. Ada yang berbeda darinya ketika sedang merapikan rambut di depan cermin. Ia nampak gembira hingga jantungnya berdebar-debar. Sesekali ia jingkrak karena tidak tahan dengan kesenangan yang telah dia raih. Setelahnya, dia meluncur ke bawah berpamitan pada kedua orang tuanya.

"Loh, Ky?. Kok tumben banget udah rapi pagi-pagi gini?." Kata mamanya yang pagi itu masih pake dress bunga-bunga dengan rambut dijepit dengan jepitan tengah mengobrol dengan suaminya di ruang keluarga. "Nggak biasanya...".

"Iya mah! Aku ada urusan dulu sama temen," kata Rafky buru-buru sambil menciumi tangan kedua orang tuanya. "Berangkat dulu ya mah, pah".

"Nggak sarapan dulu, Ky?," kata papanya terheran-heran.

Tapi Rafky langsung meluncur pergi, "nggak pah! Nanti aja disekolah.

Sementara ditempat lain, Yayan tengah melompat-lompat di atas kasurnya. Sambil menghitung berapa kali lompatannya ia lakukan. Suara kasur makin lama makin berbunyi, dia tahu suara itu pasti kedengeran sampai ke luar. Bener aja, bang Jevan datang sambil marah-marah karena kelakuan Yayan itu.

"Lo pikir itu trampolin, bisa lo lompat-lompatin kea gitu?! Turun!." Perintah Jevan. "Mandi gih cepet, udah setengah 6 nih. Abis itu join sarapan!."

Yayan nggak nyahut dan masih lompat-lompat di kasur. Jevan menatap adeknya itu dengan tajam. Eh si adeknya malah nantangin abangnya dong.

Till I Get You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang