"Di mana dia?" suara nan datar terdengar di ruangan yang luas dan minim cahaya itu.
"Hm~ kamu sudah tidak sabar bertemu adikmu ya?"
"Katakan saja--" kalimatnya diinterupsi oleh dobrakan pintu disertai suara keras yang terdengar kekanak-kanakan.
"AYAH!~ oh! Kak Helios?! Lama tak jumpa!" seru Gabriel dengan riangnya, sedangkan orang kedua yang disapa itu hanya menatapnya datar.
"Sudah lama sejak keluarga ini berkumpul bersama. Benar, kan?" ucap seseorang yang baru memasuki ruangan.
"Ya ya! Kak Thris benar! Bahkan sekarang kita punya satu anggota keluarga lagi!" ujar Gabriel dengan anggukan keras.
"Baiklah kalau begitu--" ucap Lucius bangkit dari tempat duduknya, mengalihkan atensi ketiga anaknya yang berbeda tempramen tersebut. "--karena semuanya sudah berkumpul, bagaimana kalau menemui keluarga baru kita?" tawarnya yang diberi anggukan kedua orang, yang satunya ...
"Tunggu."
"Hm? Bukankah kamu ingin bertemu adik barumu, Helios?"
"Ceritakan dulu hal mengenai dia."
.
.
"--jadi bagimana menurutmu? Bukankah kak Thristan sangat tampan?" tanya Gabriel dengan semangatnya yang tak pernah hilang di depan pemuda bermanik ungu. Hanya saja tak ada jawaban sama sekali dari pihak yang ditanyai, hanya melihatnya dengan tatapan datar.
Kembali ke beberapa saat yang lalu, pintu di ruangan yang serba tertutup itu terbuka dan menampakkan empat orang tamu. Keempat tamu itu tak lain dan tak bukan adalah sang keluarga vampir.
Sesuai janji Lucius kemarin, ia membuatkan sebuah kalung dengan liontin ungu dari inti Singa Amethys. Kalung yang sederhana namun sangat cantik, seperti manik mata pemiliknya.
Selain itu, juga perkenalan dengan kakak barunya--Thristan dan Helios.
Tidak banyak reaksi yang diberikan Raphael, namun ruangan gelap dan dingin itu terasa lebih hidup karena ocehan bersemangat Gabriel. Itu sekarang menjadi keluarga lima orang, dengan Lucius sebagai ayah bersama keempat anak.
Lucius Cattivo de Notte, Kepala keluarga vampir Notte. Anak pertama yang diangkatnya adalah Thristan, yang kemudian ia beri nama Fiore de Notte di belakangnya. Mirip kemampuannya, bakat atau kemampuan Thristan adalah pesona.
Dalam satu garis darah, biasanya sang anak akan membangkitkan bakat atau kemampuan yang mirip dengan sang ayah. Gabriel, Gabriel Voce de Notte--anak ketiganya, juga memiliki kemampuan yang cukup mirip dengan miliknya yaitu nyanyian. Namun si anak kedua--Helios Svenire de Notte, tidak memiliki kemampuan yang mirip, karena bakat Helios ternyata bayangan.
Kemudian anak keempatnya--Raphael Mese de Notte, memiliki bakat ilusi dan mimpi. Kemampuan itu bisa sebanding dengan kemampuan yang dimilikinya, yaitu pengendali pikiran.
Di saat pertama Raphael berhasil menjadi vampir, Lucius langsung menyegel ingatan Raphael. Tujuan awal sebenarnya ingin menghapusnya sekalian, namun karena bakatnya, ia memiliki resistensi kuat terhadap serangan yang menargetkan pikiran.
Alasan ia melakukan hal tersebut karena ia tidak ingin kejadian yang sama terulang kembali. Cukup dengan anak keduanya.
Namun, karena ketidakstabilan emosi, sudah ada tiga korban sejak tiga hari yang lalu. Satu yang pertama, mati di mimpinya. Yang kedua gila dan terjebak pada ilusi, dan yang terakhir juga gila karena ilusi. Bahkan Gabriel pun sempat mengalami kemampuan Raphael yang diluar kendali itu, jika bukan Lucius yang membangunkannya maka ia akan terjebak di alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
End to Start: Their Life in Aelatras
FantasySejarah adalah tentang apa yang telah terjadi. Namun, buku yang menuliskan sejarah dapat dimanipulasi. Kebenaran hanya dapat diakses oleh beberapa orang. Sembari menyembunyikan, orang-orang itu juga menyusun rencana besar. Mereka yang awalnya bukan...