15: Laporan dan Pertemuan

8 3 0
                                    


Di sisi lain, enam kuda dengan penunggangnya memasuki gerbang timur Kekaisaran. Para penjaga yang bertugas di sana menyambut keenam orang tersebut.

""Salam pada para Pahlawan!""

Alvin yang berada di depan mengangguk sebagai tanggapan. Tanpa berhenti, mereka memacu kuda masing-masing sampai di depan istana besar nan megah.

Di depan gerbang emas yang tak kalah memukau, sudah menunggu seorang pria paruh baya berpakaian pelayan. Orang itu membungkuk pada mereka.

"Selamat datang kembali, Tuan dan Nona Pahlawan."

"Anda sekalian pasti lelah. Mari, saya antar untuk beristirahat terlebih dahulu," lanjut si pelayan yang bertugas menyambut para Pahlawan.

Dengan begitu, Alvin dan yang lainnya mengikuti pelayan tersebut.

Ini bukan pertama kalinya mereka memasuki istana Kekaisaran. Saat pertama mereka tiba, ada sebuah prosesi penobatan. Dan di sinilah mereka memeperoleh gelar 'Pahlawan' secara resmi.

Waktu itu, mereka berlima belas telah terbagi menjadi tiga kelompok yang masing masing pergi ke Kekaisaran, Akademi Sihir, dan Kuil.

Untuk menyambut Pahlawan baru, Aliansi mengadakan acara penobatan dan pesta perayaan. Acara itu sangat megah dan mewah. Apalagi pada prosesi penobatan, mereka menyandang gelar 'Pahlawan' dan bersumpah untuk melindungi umat manusia di benua Aelatras.

Keluhan karena menjadi barang lelang langsung tersapu bersih. Dengan gelar dan tanggung jawab yang besar tersebut, mereka sangat bersemangat.

Pada waktu itu, beberapa tetua Aliansi menceritakan beberapa sejarah benua ini. Sejarah mengenai tiga benua terpisah yang suatu waktu terintegrasi menjadi satu, menjadi tempat mereka berada sekarang—Benua Aelatras.

Beliau mengatakan bahwa, tiga benua dahulu kala masing-masing dihuni oleh ras yang berbeda. Manusia menempati Altras, Monster menghuni Telatras. Satu lagi adalah Elatras, tempat para Naga, Elf, Drawf, dan Beastkin tinggal.

Namun, sekarang ini para penghuni benua Elatras tidak ditemukan satupun di gabungan benua. Karena yang tersisa adalah Manusia dan Monster, yang tak pernah bisa hidup berdampingan.

Jadi inilah tugas Pahlawan. Membela dan mempertahankan tanah manusia dari para monster jahat.

.

.

.

"Demikian yang terjadi, Tuan Arta." Alvin mengakhiri laporan dari misi yang baru mereka selesaikan.

Pria empat puluh tahunan yang baru saja dipanggil sebagai Tuan Arta itu mengangguk paham. Ia adalah orang yang menggantikan Kaisar untuk menerima laporan misi yang ditugaskan pada kelompok pahlawan muda ini.

Hanya sedikit orang yang dapat menerima laporan penting seperti ini dari para Pahlawan, apalagi sebagai wakil langsung dari Kaisar. Hal ini dapat terjadi karena pangkatnya yang tinggi, yakni sebagai Penyihir Kekaisaran. Ia merupakan orang kedua yang paling dekat dengan Kaisar setelah tangan kanan Kaisar.

Setelah beberapa saat ia merenung, akhirnya dia angkat bicara. "Ini tidak bagus. Terjadi keanehan pada salah satu ras monster namun kita tidak mengetahui penyebab pastinya."

Melihat ekspresi keras yang terpasang pada pria penyihir itu, Alvin menundukkan kepalanya. "Ini karena ketidakmampuan kami, Tuan. Kami siap menerima hukuman."

Mengalihkan pandangan pada pahlawan muda di depannya, Artacius tersenyum layaknya seorang panatua pada cucunya. "Tidak, tentu saja kalian sudah bekerja keras untuk misi ini. Kalian tidak akan dihukum sedikitpun, bahkan kami sangat berterima kasih atas informasi yang berhasil diperoleh."

End to Start: Their Life in AelatrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang