12: Pemandu kunjungan di Kota Patung Es

5 2 0
                                    


"Kurasa itu terlalu banyak," ujar Lucius tidak senang.

Karena yang diperbuat oleh anaknya masih merupakan tanggung jawabnya, Lucius mewakili Raphael untuk mengkompensasi Diane. Namun yang diminta oleh Diane, atau lebih tepatnya para Pemilik Janji, adalah kompensasi berupa kemitraan dengan keluarga vampir Notte.

Lucius cepat mengerti apa tujuan mereka sebenarnya.

Menyentuh pelipisnya, ia berkata. "Ini perlu kita diskusikan lagi."

"Ayah."

Yang dipanggil menoleh pada seruan rendah orang di sampingnya. "Tidak masalah, Raphael," katanya dengan senyuman. Lucius berpikir, mungkin anaknya ini mengkhawatirkan imbas perbuatannya jadi membebani sang ayah.

Sebenarnya bukan salah Raphael sepenuhnya. Karena Thristanlah yang merekomendasikan tempat itu untuk latihan Raphael, sedangkan ia yang memberikan persetujuan.

Mengalihkan pandangan pada orang di seberang, ia berkata. "Nak Lione, anakku ini belum pernah melihat langsung masyarakat manusia. Jadi bisakah kamu mengajak Raphael mengunjungi kota manusia terdekat?"

Raphael yang mendengarnya menoleh pada sang ayah dengan kaget. Bagaimana bisa masalah yang tidak ada hubungannya di angkat sekarang?

Yang dimintai tolong melihat bolak-balik pada sepasang ayah anak vampir itu, merasa agak aneh. Namun masih mengiyakan permintaan Lucius.

Pemilik Janji ingin bermitra dengan ras vampir yang kuat. Karena mereka curiga bahwa Aliansi tengah merencanakan sesuatu.

Sekepergiannya dua anak muda dari ruangan tersebut, Diane mulai berbicara. "Tuan Lucius, apakah yang saya pikirkan benar?"

Diane sempat curiga dengan identitas Raphael--anak keempat dari kepala keluarga Notte. Pasalnya, ia selalu memiliki intuisi yang kuat. Ia tadinya berpikir bahwa mungkin saja si anak muda barusan merupakan salah satu dari orang asing yang dipanggil oleh Aliansi.

Meskipun Lucius tidak mengaktifkan kemampuannya, ia masih dapat memahami apa yang dipikirkan oleh wanita di depannya.

"Benar, dia adalah salah satu orang asing."

"Bagaimana bisa—"

"Ingatannya kusegel, jadi tenang saja." Interupsi Lucius membuat diam Diane. Sejenak, Diane seakan memikirkan sesuatu.

Namun lagi-lagi--tanpa menggunakan kemampuannya, Lucius sudah dapat menebak apa yang ada di kepala Diane.

"Nyonya Diane juga tidak perlu khawatir tentang pemberontakan Raphael. Memang tidak pasti, tetapi firasatku mengatakan jika anakku ini tidak akan berpaling dari keluarga Notte kami."

Diane yang melihat vampir di depannya mengatakan kalimat tersebut dengan wajah percaya diri hanya diam.

Lucius, vampir satu ini memang tidak terlihat kuat dari penampilan luarnya. Namun sangat salah jika seseorang menilai dia dari tampilannya saja. Karena faktanya, Lucius adalah salah satu monster paling berbahaya di benua Aelatras ini. Sudah sejak ribuan tahun lalu, vampir di depannya itu ditakuti oleh bangsa monster sampai manusia.

Klan darah--atau yang dikenal sebagai Vampir, merupakan ras elit dari bangsa monster. Mereka kuat dan sombong, mereka juga tidak suka berinteraksi dengan spesies monster lain.

Di masa sekarang, klan Vampir kuat yang tersisa hanyalah vampir dari keluarga Notte, yang lain hanya kerabat lemah. Meskipun sudah tidak aktif lagi, tapi kekuatannya bukan sekedar omong kosong. 

Ditambah lagi, Vampir di depannya ini merupakan mitra perjanjian 'Si Pengatur Manusia'. Pemilik Janji sangat menyadari fakta ini.

"Nah, Nyonya Diane. Kita bisa mulai membicarakan bisnis."

End to Start: Their Life in AelatrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang