16: Awkward

4 2 0
                                    


"Teman-teman pasti sudah pulang dari misi."

Di jalanan yang masih ramai meskipun sekarang sudah malam, seorang pemuda berjalan sendirian, ia bergumam yang hanya dapat didengar olehnya seorang.

"Mungkin Erina akan sampai di Kuil besok sore."

"Yah, tidak masalah untuk menanyakan kabarnya dan teman-teman lain beberapa hari lagi. Toh tugas ini akan cepat selesai."

Meskipun dunia yang kini ia tinggali merupakan dunia sihir, namun tidak ada alat komunikasi semacam handphone atau telepon seperti di bumi dulu. Mungkin saja karena penelitian sihir di sini difokuskan untuk tujuan bertarung, bukannya sihir praktis untuk kehidupan sehari-hari.

"Yah, lagipula orang-orang yang memiliki 'bakat' sangat terbatas."

Pemuda itu memandang ke depan. Tatapannya mengisyaratkan bahwa pikirannya tidak berada di sini, jauh entah di mana.

Sudah satu tahun ia berada di dunia yang asing ini. Meski begitu, masih banyak hal yang belum ia ketahui dan mengerti. Ia perlu lebih kuat jika ingin bertahan hidup di dunia yang belum ada kedamaian seperti Aelatras sekarang. Aliansi juga, firasatnya mengatakan bahwa tujuan mereka bukan hanya untuk membersihkan monster dari benua Aelatras, mengingat betapa lama waktu dan tenaga yang dibutuhkan.

Tapi apa itu? Ia tak tahu.

"Haah."

Ia menghela napas.

Satu tahun ini ia banyak menyibukkan diri. Mulai dengan membaca banyak buku, melatih 'bakat' yang ia miliki, ataupun bertemu banyak orang . Ia melakukannya dengan pikiran untuk melupakan kejadian setahun lalu.

Ia menggelengkan kepala. "Jangan pikirkan lagi, Cielo."

Menghilangkan pikiran-pikiran itu, ia kembali berjalan dengan melihat sekeliling.

Tugas yang ia kerjakan sekarang adalah pemantauan rutin. Berdasarkan kesepakatan Aliansi, Kuil bertanggung jawab terhadap wilayah Rawa Barat daya dan Hutan Selatan.

Aliansi perlu melakukan pemantauan rutin di perbatasan wilayah yang menjadi tanggung jawabnya, paling tidak tiga sampai empat minggu sekali.

Biasanya tugas seperti ini akan memakan waktu sekitar satu minggu jika tidak ada sesuatu yang terjadi. Lalu hari ini adalah hari keempat, setidaknya masih tiga hari lagi.

Malam ini mereka singgah terlebih dahulu di kota Meridia. Cukup sering ia mengunjungi tempat yang masih saja aktif meskipun hari sudah malam ini. Karena kota Meridia merupakan kota paling dekat dengan Hutan Selatan dan memiliki letak yang strategis.

Teman di kelompoknya beberapa sedang menikmati minuman dan sisanya istirahat. Jadi ia hanya sendirian menyusuri jalanan yang masih ramai.

Setelah beberapa saat, ia melambatkan langkahnya hingga berhenti, memiringkan kepala dengan alis terajut.

Berkat bakat Cahaya yang dia miliki, ia sangat sensitif terhadap keberadaan kekuatan yang sama maupun yang berkebalikan dengan atributnya. Dan kali ini, dirasakan olehnya kekuatan yang berkebalikan dengan Cahaya—Kegelapan.

Cielo tersentak. Pemilik kekuatan gelap yang berada di wilayah manusia itu sangat berbahaya, tidak ada yang tau apa yang akan dia lakukan terhadap manusia.

Tak berpikir lama lagi, ia berlari dengan kecepatan maksimal menuju sumber kekuatan gelap. Di ujung, yang dapat ia lihat sekilas adalah kerumunan manusia yang mana pemilik kekuatan gelap ada di pusatnya.

Tanpa melambat, ia melewati kerumunan dan sampai di tengah.

Grep

Tangannya menangkap sang sumber kekuatan gelap yang ia rasakan barusan.

End to Start: Their Life in AelatrasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang