Jangan lupa tinggalkan vote dan komen kalian. Happy Reading!
𖧧 ∘𖥸∘ 𖧧
SUDAH satu minggu sejak Pak Odi masuk untuk menanyakan nama siswa-siswi yang belum diberangkatkan PKL. Adena mulai gelisah karena dirinya belum juga dipanggil untuk berangkat PKL.
Gadis itu selalu berpikir dengan siapa ia akan dikelompokkan? Dimana tempat Prakerinnya? Adena terlalu malas jika mendapatkan tempat yang jauh dari rumahnya.
Bel pulang berbunyi, Murid-murid berhamburan keluar kelas. Yang membawa kendaraan roda dua segera menuju parkiran sekolah. Adena bergidik ngeri ketika mendengar suara deru motor yang akan keluar dari sekolah.
“Seperti biasa guys, nunggu sepi dulu!” Seru Chely.
Adena mengangguk. Ia juga harus menemukan batang hidung saudara perempuannya. Tentu saja adik kandung Adena yang bernama Anesa.
“Adik kelas sekarang mah pada cetar-cetar anjir,” kata Nata yang hanya terdengar oleh Adena dan Chely. “Udah pada kenal skincare juga.”
Adena mengangguk setuju. “Kita kelas sepuluh waktu itu masih kumel banget gak, sih?”
“Emang zaman tuh berubah terus, ya,” lanjut Adena.
“Sumpah liat, tuh! Cakep banget anjir rasanya gue pengen samperin itu adek kelas terus tanya dia pake skincare apaan,” tutur Chely. “Udah capek banget pake apapun gak ada yang cocok!”
“Yang penting bukan merkuri aja, guys,” ujar Adena.
Di lain tempat, Davka sudah ada diperjalanan pulang ke rumahnya. Dalam waktu kurang lebih 15 menit, lelaki itu sampai dengan selamat ke tempat tujuan. Melihat adiknya yang duduk didekat pintu, Davka langsung menghampirinya. Lelaki itu bersemangat menciumi pipi gembul adiknya.
Setelah merasa puas, Davka segera masuk ke kamarnya sebelum suara omelan ibunya terdengar karena membuat adiknya kerisihan.
Jika kalian bertanya apa saja kegiatan Davka jika dirumah, sebenarnya lelaki itu hanya makan tidur saja. Namun sore ini Davka berniat untuk bermain bola voli di lapangan dekat rumahnya.
“Wehh yang ditunggu akhirnya dateng juga, kemana aje sih, lo? Dari kemaren kita nungguin, tumben banget ni bocah kagak keluar,” ucap Dalih—salah satu remaja kampung yang lebih tua 2 tahun dari Davka.
Davka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Sorry bang, ketiduran abis nyiapin buat tadi berangkat sekolah,” balas Davka.
“Ohh, udah back to school, ye? Iri banget dah gue,” miris Dalih, dia memang salah satu angkatan covid pertama.
“Yuk dah, bang langsung mulai,” seru Davka.
Tanpa ada basa basi lagi, mereka memulai permainan bola voli itu. Sebenarnya ini hanya pertandingan biasa, kebanyakan dari mereka datang ke lapangan ini memang untuk mengisi waktu luang saja.
Tak terasa hari sudah mulai gelap, Davka dan teman-temannya yang lain bergegas untuk pulang ke rumah masing-masing. Baru saja Davka ingin merebahkan dirinya di kasur, suara ibunya membuat Davka harus membuang niatnya itu.
“Dav! Jangan langsung tiduran, itu nanti kasurnya bau keringat kamu!”
“Iya, mah, iyaa. Davka langsung mandi, nih,” balas lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shouldn't Be Lover
Roman pour Adolescents𝐃𝐚𝐯𝐤𝐚 𝐉𝐮𝐦𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 membiarkan 𝐀𝐝𝐞𝐧𝐚 𝐒𝐡𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚 jatuh cinta sendirian. Davka yang terus denial dengan perasaannya sendiri, ingin terus dekat tapi tidak ada kata memulai diantara keduanya. Sampai pada saat itu, perlahan Adena mulai...