PAGI harinya, Davka bangkit ketika Marcel sudah ada didepan rumahnya. Sebenarnya komplek mereka berbeda, namun karena Marcel tidak ingin berangkat ke kantor sendirian, jadi lelaki itu mengajak Davka berangkat dan pulang bersamanya.
Toh, Davka juga tak akan keberatan jika harus bergantian membonceng.
“Jam berapa?” tanya Davka saat sedang fokus menyetir.
“Belum jam 8. Gimana kalo mampir dulu? Gue belum ngudud pagi ini,” ujar Marcel, dibalas anggukan oleh Davka.
Mereka berdua pun akhirnya mampir ke warung yang biasa Marcel datangi. Siapa sangka disana juga ada teman sekelas mereka, Jendry.
“Lah, lo disini, Jen?” sapa Davka pada lelaki yang bernama Jendry itu.
Jendry berdeham. “Tuh, lagi nunggu si Banu isi bensin.” Jendry menunjuk ke arah pengisian pom bensin yang tepat berada di depan warung.
Masih ingat dengan Banu? Ya, dia adalah kekasih Chely. Kebetulan Jendry satu tempat prakerin dengan Banu.
Marcel dan Davka hanya ber-oh ria. Setelah itu, Marcel menyalakan sebatang rokok dan Davka memesan 2 gelas kopi panas. Jam menunjukkan pukul 07.20, masih banyak waktu untuk Marcel dan Davka bersantai.
Di tempat lain, Adena menghembuskan nafasnya. Lagi-lagi ia pertama datang di kantor, padahal gadis itu sudah berusaha agar tidak datang kepagian. “Ini sebenernya gue harus datang jam berapa, sih? Padahal udah ngerasa siang banget tadi.”
Untung saja, tidak lama setelah Adena mendumel, Sabian baru saja memasuki kantor. Lelaki itu terlihat celingak-celinguk.
“Lah, lo sendirian, Na?”
“Keliatannya?” kesal Adena. Udah tau pake tanya lagi, batinnya berbicara.
“Hadeh, gabut banget gue.”
Adena menggelengkan kepalanya. “Masih pagi udah ngegame aja lo!”
“Nanti pasti si Davka juga ikutan kalo udah dateng,” lanjut gadis itu.
“Iya, lah! Deuh, Davka mulu lo,” kekeh Sabian.
Adena melotot. “Kok jadi Davka?!”
“Kan, lo sama Davka ekhem, ekhem,” guyon Sabian.
Adena mendelikan matanya. Memilih untuk tidak menanggapi Sabian lagi. Gadis itu melangkah ke teras kantor, melihat Nata yang baru saja datang dan disusul oleh Marsel dan Davka.
***
Adena, Nata, Marcel, Davka dan Sabian baru saja menyelesaikan makan siang mereka. Davka sedang duduk di kursi yang ada di pintu masuk kantor. Ada Adena disampingnya, entah sejak kapan gadis itu berada disini.
“Eh, si Chely ngelive instagram, Nat!” seru Adena.
Seruan gadis itu mencuri perhatian Davka. Tetapi Adena sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Nata yang dipanggil, malah asik bercanda dengan Sabian.
“Masuk dong masuk,” ujar Davka.
“Iya, ini lagi nunggu Chely ngundang.”
Setelah menunggu sebentar, Chely pun mengundang Adena. Adena mendengus kecil ketika ponselnya malah diambil alih oleh Marcel dan juga Davka. Live itu tidak berlangsung lama, Chely mematikannya karena Marcel berceloteh tak jelas.
Davka yang sedang membuka kamera instagram itu memanggil Adena dengan pelan. Adena menoleh. “Apa tuh?”
“Filternya keren, yeuh. Ayo foto,” ajak Davka.
Adena pun segera berpose, begitu juga dengan Davka. Siapa yang tahu? Itu adalah fotbar pertama mereka setelah sekian lama tak bertemu.
Masih kurang puas dengan hasil foto di ponsel Davka, Adena mengajak Davka untuk foto selfie di ponselnya. Ya, kali ini Adena yang mengajak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shouldn't Be Lover
Teen Fiction𝐃𝐚𝐯𝐤𝐚 𝐉𝐮𝐦𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 membiarkan 𝐀𝐝𝐞𝐧𝐚 𝐒𝐡𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚 jatuh cinta sendirian. Davka yang terus denial dengan perasaannya sendiri, ingin terus dekat tapi tidak ada kata memulai diantara keduanya. Sampai pada saat itu, perlahan Adena mulai...