17. Sick Feeling

15 2 0
                                    

CUACA pagi ini sangat cerah. Diiringi hembusan angin dipagi hari, membuat semangat Davka semakin bertambah menuju ke sekolah. Sambil mengendarai motornya, senyum Davka tak pernah luntur dari wajahnya.

Lelaki itu segera memarkirkan motornya ketika sampai di sekolah. Ya, ini adalah kali pertama ia masuk sekolah setelah selesai dengan prakerinnya.

Saat masuk kelas, teman-temannya sudah berada disana. Itu artinya Davka datang sedikit terlambat. Lelaki itu segera mendatangi salah satu bangku yang kosong, tepat dipojok ruangan.

“Udah beres, nih?” tanya Reval pada Davka.

“Yoiiiii.” Davka menjawabnya dengan riang.

Disisi lain, Adena sedang bersama dengan Nata dan juga Chely. Setelah sudah dua bulan tidak berkumpul ... Akhirnya mereka bisa kembali berkumpul. Ya, walaupun masih kurang satu karena Monic belum selesai dengan prakerinnya.

“Perasaan Monic berangkat duluan, deh. Kok selesainya lebih lama?” Adena terheran sendiri, begitu juga Nata dan Chely.

“Btw, Chel. Ini guru kok nggak dateng-dateng, ya? Apa emang biasanya jam pertama kosong?”

Chely menggeleng. “Nggak sih, biasanya. Gurunya lagi nganter anak sekolah dulu kali, makanya agak telat,” jelas Chely menanggapi pertanyaan dari Adena.

Tidak lama setelah itu, teman sekelas Adena yang sedang nongkrong diluar kelas bergegas memasuki ruangan. Yang artinya guru yang mengajar sudah hampir datang ke ruangan.

Adena menghela nafasnya. Gadis itu segera kembali kebelakang dan duduk di bangkunya. Dan tidak sengaja, pandangan Adena jatuh pada Davka.

Ah, sial. Adena hampir melupakan jika Davka merupakan teman satu kelasnya juga.

Jika begini, apakah dia bisa untuk melupakan segala kejadian yang terjadi di kantor tempat mereka magang?

“Kayaknya nggak bakal bisa,” gumam Adena pada dirinya sendiri.

***

Bel jam istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Kantin masih saja belum buka, membuat Adena dkk terpaksa harus membeli makanan di luar sekolah karena mereka tidak membawa bekal.

Berbeda dengan Adena, Davka dan lelaki yang lain sudah prepare membawa bekal dari rumah. Memang sungguh dunia terbalik. Padahal biasanya, kebanyakan siswi yang rajin membawa bekal.

Lah kalau kelas 12 OTKP 1, siswanya yang rajin bawa bekal. Ajaib sekali.

“Wihh, bakso tuh. Beli dimana, Na?” tanya Davka ketika melihat Adena baru saja datang.

Adena mengerjapkan matanya. “Oh ... Itu, gerbang sekolah.”

Mendengar itu, Davka pun mengajak yang lain untuk jajan kedepan sekolah. Mereka pun cepat-cepat membereskan bekas makan mereka yang tadi.

“Hayoh, pasti rombongan se-RT!” ujar Nata.

Adena dan Chely terkekeh. “Ciri khas cowok kelas kita itu mah. Nggak bisa diubah, Nat,” kata Adena.

“Umi kapan buka, ya? Ah, gue kangen banget sama baksonya!” keluh Chely.

“Jangan lupain buras sama gorengannya!” imbuh Adena.

Chely mengangguk. “Bener, the best banget, sih!”

Ngomong-ngomong, Umi adalah salah satu pemilik kantin yang ada disekolah. Sudah dua tahun, mereka tak pernah lagi merasakan jajanan di kantin Umi itu.

“Abis ini masih matematika, ya?” tanya Adena.

“Iya,” jawab Chely. “Eh, berarti ulangan akhir semester dua minggu lagi, ya?”

Shouldn't Be LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang