“PARAH, sih!” umpat Marcel.
Tadi, pak Ahmad sudah datang ke kantor. Namun sama sekali tidak memperhatikan kedua orang yang sedang mengharapkan kedatangannya. Bukannya diberi uang, kepala staff itu malah menyelonong saja masuk ke ruangannya.
Itu membuat Marcel dan Davka benar-benar tak habis pikir. Bukan kah ini sangat tidak adil?
“Barengan kali itu yang lima puluh ribu!” seru Davka, melirik Sabian.
Bola mata Sabian membesar. “Nggak, lah! Ngaco aja lo.”
“Beliin rokok aja, Bi,” sahut Marcel.
“Serem banget dah orang yang punya duit. Padahal itu lumayan banget, anjing!” ketus Davka. Adena yang sedang duduk disampingnya jadi dibuat takut karena melihat Davka yang kesal.
“Udah, deh, Dav. Siapa tau ntar dia balik lagi kesini. Tadi lupa, mungkin?” Adena menenangkan lelaki itu.
Davka menghembuskan nafas kasar. Daripada kesal karena kepala staff dikantor ini, mendingan lelaki itu mengajak Sabian untuk bermain game bersama. Persetan kepala staff itu ingat atau tidak.
Sementara itu, Adena yang berada disamping Davka mengerjapkan matanya beberapa kali. Sial, bagaimana dia bisa berbicara lagi dengan lelaki itu? Tiga hari tidak mengobrol, membuatnya sedikit lebih baik walaupun hatinya sakit mengingat kejadian di rumah Kafiya tempo hari.
Bagaimana jika dirinya jatuh kepada lelaki itu, lagi?
Adena sendiri bahkan tak bisa membayangkan.
Matanya tetap setia melihat Davka, ralat—melihat game yang sedang dimainkan oleh lelaki itu.
Ponsel Adena bergetar, gadis itu langsung melihat siapa yang mengirimkannya pesan.
Geo Otkp 1.
Nama itu muncul dilayar ponsel Adena. Adena penasaran, karena tumben sekali lelaki itu menghubunginya. Padahal, waktu dirumah Kafiya, mereka benar-benar tidak saling sapa.
Geo : baliknya bareng gue, yuk?
Refleks, Adena menaikkan satu alisnya.
Fyi, Geo juga sedang melaksanakan Prakerin-nya. Kantor lelaki itu jauh dari kantor yang Adena tempati. Tetapi memang, Geo selalu melewati kantornya ketika pulang-pergi. Tak jarang juga Adena selalu berpas-pasan dengannya ketika berangkat ke kantor.
Adena : tumben, ada apaan?
Geo : ngajak aja sih.
Geo : ayok lah.Adena : rumah kita nggak searah btw.
Geo : gak masalah.
Adena : takut ngerepotin.
Geo : gue sendiri yang ngajak, nggak ngerepotin lah.
Adena : Okay deh.
Geo : balik jam berapa?
“Gue ada rekomendasi movie yang bagus banget!”
Baru saja Adena akan membalas pesan Geo, namun suara lelaki disampingnya membuatnya sedikit terkejut. Entah sejak kapan Davka selesai dengan game-nya.
Adena menoleh pada Davka. “Mana coba pengen liat,” balas Adena. Sebelum itu, dia juga membalas pesan Geo kalau jam pulangnya adalah jam empat sore.
Davka mulai mencari film itu diponselnya.
Wrong turn. Itu judul film yang akan ia tonton bersama dengan Adena. Memang, minggu lalu mereka sempat berdiskusi sambil mencari tontonan yang bagus. Satu frekuensi? Tidak juga. Karena Davka benar-benar tidak menyukai genre yang ditonton oleh Adena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shouldn't Be Lover
Roman pour Adolescents𝐃𝐚𝐯𝐤𝐚 𝐉𝐮𝐦𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 membiarkan 𝐀𝐝𝐞𝐧𝐚 𝐒𝐡𝐚𝐟𝐢𝐫𝐚 jatuh cinta sendirian. Davka yang terus denial dengan perasaannya sendiri, ingin terus dekat tapi tidak ada kata memulai diantara keduanya. Sampai pada saat itu, perlahan Adena mulai...