2. GLAD TO HAVE YOU

231 27 10
                                    

🏡🏡🏡

Bian gantungkan handuk bekas ia keringkan wajah di gantungan baju depan kamar mandi. Jam di depannya sudah tunjukan pukul 2 dini hari. Ngobrol dengan Felix memang selalu mengasikan sampai buat keduanya sering lupa waktu. Untungnya, besok jadwalnya ia WFH, jadi ia bisa bangun lebih siang dari biasanya.

Jari panjang Bian tekan off saklar lampu kamarnya hingga kini buat ruangannya menjadi remang-remang karena lampu tidurnya masih menyala. Langkahnya ia ayun perlahan menuju kasurnya. Ia tak mau bangunkan lelaki mungil yang kini gulung diri dengan selimut tebal miliknya di atas kasur.

Bian terkekeh kecil kala mata sembab Felix masih sanggup ia lihat dibantu pantulan cahaya dari lampu tidur. Sepanjang Bian ceritakan tentang putusnya hubungannya dan Johhana, Felix tak bisa tahan air matanya. Si mungil ini katanya tak habis pikir dengan Johhana dan merasa marah sekali sampai air matanya tak bisa ditahan lagi. Lucu sekali Bian ingat bagaimana Felix berulang kali usap air matanya.

Perlahan Bian dudukan dirinya di pinggir ranjang. Tangan kekarnya ia ulurkan ke arah kepala Felix. Ujung-ujung rambut karamel Felix gelitiki ujung jari telunjuknya yang kini sudah lepas dari perban.

Bian tarik ipad yang masih menyala disamping Felix dengan sehati-hati mungkin agar tak bangunkan si mungil yang telah jatuh tertidur. Setelah pastikan pekerjaan terakhir Felix tersimpan aman, Bian tekan tombol off di ipad Felix lalu ia letakkan di nakas samping Felix. Tangannya kini bergerak tarik naik selimut hingga ke leher Felix.

"Night, Fe" gumam pelan Bian setelah usah selimuti Felix.

Kini lelaki yang lebih tua geser tubuhnya kebawah ranjang, ke tempat kasur angin yang ia siapkan untuk ia tiduri malam ini. Baginya, akan tak sopan sekali dirinya jika satu ranjang dengan Felix. Ia ingin jaga si mu gil itu dari hal-hal yang Bian tak inginkan.

Sebelum pejamkan mata, Bian lirik kotak putih yang berhasil ia sembunyikan dengan apik dibawah tas kerjanya. Senyum kecil tersemai dibibirnya saat kepalanya mereka reaksi Felix saat bangun nanti. Untuk sekarang, Bian akan biarkan si mungil itu tidur nyenyak dulu.

🏡🏡🏡

F

elix menggeliat usai matanya tak lagi temui rasa kantuk. Saat buka mata, pandangnya temukan wajah tampan Bian tepat disampingnya. Felix biarkan dirinya menikmati senyum teduh Bian dalam beberapa detik kemudian. Mata bulat, hidung bangir, bibir mungil namun berisi adalah kombinasi paling sempurna yang pernah Felix temui. Bian ganteng.

"Happy birthday, Felix" ucap Bian seringan kupu-kupu.

Felix belalakan matanya lebar. Tubuhnya yang tadinya bergelung nyaman didalam selimut kini terduduk tegak dan kaku. Kantuknya hilang tak bersisa.

"Kak Bian?" Panggil Felix masih belum yakini netranya.

Bian terkekeh kecil karena lihat wajah Felix yang kentara sekali masih linglung efek baru bangun tidur.

"Ayo tiup lilinnya dulu, Fe. Keburu lilinnya mati"

Bian dekatkan sekotak brownies yang dipesannya kemarin pada sepupu Satria ke arah Felix. Sebagai pelengkap, Bian sematkan dua buah lilin berbentuk angka 2 dan 7 diatasnya. Sesuai usia Felix.

"Astaga kak Bian" rasa haru tersemat didada Felix melihat Bian berinya kejutan.

"Yuk, make a wish dulu!"

Patuhi Bian, Felix pejamkan matanya dan rekatkan kedua telapaknya didepan dada. Setelah rapalkan beberapa keinginan, bibirnya tiup dua lilin diatas Brownis yang dibawa Bian.

ARUNIKA ● ChangLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang