🏡🏡🏡
Mata Morino dibuat tak berkedip menatap benda putih diatas meja yang membatasinya dan Felix. Benda yang harusnya isinya kini lingkari jari manis mungil milik pujaan hatinya itu, kini hanya tertutup pasrah didalam kotak beludru.
Morino angkat wajahnya. Ia tatap nanar wajah ayu si manis didepannya yang tundukan wajahnya.
"Fel, kok kamu balikin ke aku? Kamu nggak suka sama modelnya?" Tanya retoris Morino yang masih mengais-ngais barang sedikit harapan.
Felix genggam kedua tangannya erat-erat untuk kuatkan diri sampaikan ucapnya pada sang sahabat.
"Maaf kak Ino" ucap Felix yang buat kepingan harapan Morino runtuh seketika.
"Maaf gimana, Fel?" Morino tertawa getir. Sesak didadanya memaksa ingin terus mencari sekeping saja harapan yang masih bisa diselamatkan.
Felix raih tangan Morino untuk digenggamnya. "Maaf kak Ino. Aku nggak bisa nerima cincin dan lamaran dari kakak"
Luruh sudah. Tak bersisa. Tak ada lagi yang bisa Morino selamatkan. Bayangan bahagianya menua bersama Felix menguap sudah. Tak ada yang akan menjadi nyata.
"Kenapa, Fel?" Walau getir, Morino ingin tau apa alasan Felix menolak lamarannya.
Felix kuatkan hatinya untuk sampaikan kabar bahagia diatas kesedihan Morino yang mau tak mau ia harus sampaikan.
"Aku... aku udah dilamar sama orang lain kak. Minggu depan kedua keluarga kami ketemu buat tukar cincin dan nentuin tanggal pernikahan aku dan calon ku" terang Felix dengan pemilihan kata yang paling halus sekaligus tegas yang ia harus sampaikan.
Morino tundukan kepalanya. Air mata mengaliri wajah tampannya yang disanjung banyak orang. Ia merasa kalah telak. Dan ini adalah patah hati terburuk yang pernah ia rasakan sepanjang kisah percintaannya.
"Harusnya aku yang sematin cincin itu ke kamu, Fel. Harusnya keluarga aku yang dateng ke keluarga kamu. Harusnya aku dan kamu yang milih tanggal pernikahan. Maaf.. maaf aku telat nyatain perasaan aku, Fel" tangis Morino pecah.
Tak perduli ia ada di ruang publik sekalipun. Remuk hatinya tak bisa ia sembunyikan lagi. Rasa marah, kecewa, dan sesal menghancurkannya bahkan hingga tak berinya kesempatan untuk bernafas.
"Maaf kak Ino" satu tetes air mata juga aliri wajah Felix.
Sungguh, ia tak ingin hancurkan hati sahabat baiknya ini. Dalam kepalanya Felix berandai. Andai saja tak ada cinta yang Morino rasakan untuknya. Andai saja ia peka pada perasaan Morino sejak lama. Andai saja Morino sampaikan rasanya pada Felix. Mungkin sakit lelaki itu tak akan separah ini.
Dan Felix harus jadi pihak yang dipaksa tega untuk meghancurkan perasaan Morino padanya, untuk jaga perasaan Bian, calon suaminya yang kini tungguinya di parkiran cafe.
Tapi Felix bersumpah, Felix tak ada niatan sedikitpun untuk membuat Morino sedih. Lelaki ini terlalu baik hingga membuat Felix juga tak bisa tahan air matanya saat melihat Morino sehancur ini didepan matanya.
"Siapa dia, Fel?" Tanya Morino setelah berhasil redakan tangisnya. Ia ingin tau, lelaki beruntung mana yang berhasil mengambil hati pujaan hatinya.
Felix usap pipi basahnya terlebih dahulu, "Dia temen kos aku kak. Namanya Albyandra"
Morino remas tangan Felix yang genggam tangannya. "Dia baik sama kamu?"
Meski hancur, Morino masih ingin memastikan Felix bersama orang yang tulus mencintainya. Walau perasaanya sendiri pada Felix tak terbilang lagi tulusnya. Meski hatinya patah berkeping, ia ingin pastikan bahwa pujaan hatinya bahagia bersama lelaki yang tepat. Meski bukan bersamanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/313484000-288-k196296.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA ● ChangLix
FanfictionMenurut Satria; Bian dan Felix adalah Mentari dan Senja yang hangat namun tak menghanguskan. Dua insan yang akan sangat sempurna jika berjodoh di akhir kisah. Lalu bagaimana menurut Bian dan Felix sendiri? Akankah keduanya setujui pemikiran sahabat...