🏡🏡🏡
Felix pejamkan mata sembari tangannya tertangkup didepan dadanya. Dalam heningnya ia merapal doa. Doa untuk sebidang makan yang ditutupi rumput hijau didepannya. Ada sebuah buket bunga mawar putih yang ia letakkan didepan nisan bertuliskan 'Surya Kasatya'.
Usai rampung rapalkan doa-doa dan perkenalan diri singkatnya tentang dirinya dan rencana kedepannya bersama Bian, Felix buka matanya. Ia tolehkan kepalanya kesamping, ke arah Bian yang ternyata masih pejamkan mata dan rapalakan doa.
Calon suaminya ini terlihat sangat hikmat sekali. Seoalah ia sedang berbincang secara langsung dengan Papanya. Terlihat sekali Bian seperti sedang meminta izin pada ayahnya untuk segera menikah dalam waktu dekat.
Felix rangkul bahu lebar Bian kala matanya tangkap setetes air mata jatuh dipipi lelakinya. Felix kecup pundak calon suaminya untuk beri penenang.
Bian lantas buka matanya. Ia ambil tangan Felix untuk ia genggam.
"Mas, oke?" Tanya Felix dengan selembut mungkin.
"Mas nggak papa, sayang" Bian hapus jejak air matanya.
"Pa, Bian mau minta izin Papa ya Pa, buat minta tolong om Satya buat jadi wali Bian buat lamar Felix" ucap lelaki yang biasanya terlihat kuat namun ternyata hari ini Felix bisa melihat sisi lemah Bian saat berada didepan makan sang Papa.
"Mohon doa retunya ya Pa, untuk niat baik Bian yang ingin persunting Felix dan membina rumah tangga. Semoga Bian bisa jadi suami dan kelak akan jadi ayah yang baik kayak Papa" lanjut sang sulung itu.
"Nanti habis Bian sama Felix nikah, kita ke sini lagi ya, Pa.." Tangis Bian mengalir lagi di pipinya. Kali ini lebih deras dari sebelumnya.
Maka Felix eratkan rangkulnya di pundak sang calon suami. Ia sandarkan dagunya di pundak Bian sembari ia bisikan penenang untuk hati Bian yang kembali teriris rindu karena kepergian sang panutannya.
"Honestly, I wish you were by my side on my happy day, Pa. But, I know it's impossible. I hope God will tell you through his angel that I am very happy to have someone like Felix in my life, Pa. I promise to always make my wife happy and be a good husband like you. i miss you, Pa" ucap ikrar Bian di depan pusara sang Papa.
Bian usap kembali air matanya dipipi. Sudah cukup ia perlihatlan sisi lemahnya didepan seseorang yang akan hidup bersamanya ini. Tangan Felix Bian genggam erat. Seolah meminta rasa tenang dari sosok mungil itu.
"Yuk, dek kita pulang! Mama pasti udah nunggu di rumah"
Bian jadi yang pertama bangun dari posisi bersimpuh didepan makan Surya. Ia lalu bantu pegangi tangan Felix ketika sang calon istri jug turut berdiri.
Felix tolehkan kepalanya ke arah nisan calon mertuanya yang tertulis nama dan tahun kematiannya.
"Pa, mohon restunya ya Pa, untuk pernikahan Bian dan Felix. Kami janji akan berkunjung lagi setelah menikah nanti. Terimakasih sudah izinkan Felix berkunjung ke makam Papa. Kami pamit dulu ya, Pa" ucap si mungil.
Bian ukir senyum kecil kala dengar rentetan ucap sang calon istri. Bahagia rasanya ia karena telah menemukan orang yang tepat untuknya.
"Yuk, sayang!" Ajak Bian. Ia tengadahkan telapak tangannya ke Felix.
Dengan senang hati Felix genggam tangan besar itu dengan erat. Matanya balas tatapan lembut Bian padanya. Senyum keduanya terukir indah dibibir masing-masing.
Dengan dituntun Bian, Felix melangkah pergi dari pusara Surya. Melangkah dengan harapan Surya telah beri mereka restu untuk mempersatukan hati mereka dihadapan Tuhan dan orang-orang yang mereka kasihi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUNIKA ● ChangLix
FanfictionMenurut Satria; Bian dan Felix adalah Mentari dan Senja yang hangat namun tak menghanguskan. Dua insan yang akan sangat sempurna jika berjodoh di akhir kisah. Lalu bagaimana menurut Bian dan Felix sendiri? Akankah keduanya setujui pemikiran sahabat...