14. YOU HAVE ME

263 19 6
                                    

🏡🏡🏡

Warn!
18+ Area!

Kalau ada tempat ternyaman untuk letakkan semua keluh kesah, maka di dada Bianlah jawaban Felix. Si mungil itu bergelung bagai kepompong dalam rengkuhan tunangannya. Mata cantik itu terpejam meski kesadarannya masih terjaga. Harum parfum Bian menghantarkannya pada rasa nyaman yang membuat semua lelahnya menyingkir.

Bian beri Felix tepukkan lembut di pipi pantat si mungilnya untuk hantarkan rasa nyaman. Jam di dinding kamarnya masih tunjukan pukul 8 malam. Masih terlalu sore untuk tidur.

"Mas" panggil Felix dengan suara paraunya.

"Hng? Kenapa sayang?" Jawab Bian dengan suara kecilnya.

Felix angkat wajahnya dari dada Bian untuk beri tatap sang tunangan. "Besok jangan lupa ya kita fitting baju di butik Purnomo jam 4 sore" ucap Felix mengingatkan sekali lagi tunangannya itu.

Setelah lewati 1 bulan pasca acara lamaran, semua sifat dan kebiasaan asli keduanya semakin terlihat. Tentu bagi mereka ini adalah hal baru yang harus dipelajari dengan pengertian dan kesabaran. Karna inilah tahap awal mereka mengenal satu sama lain secara mendalam.

Dan Felix baru tau satu hal, selain ceroboh, Bian juga punya kebiasaan pelupa. Makanya, Felix dengan sabar memberi tahu hal-hal penting lebih dari satu kali agar pasangannya itu tak melewatkan hal penting.

Seperti saat ini, ia sudah mengingatkan Bian tentang fitting baju pernikahan mereka untuk keempat kalinya sejak kemarin sore.

"Iya sayang. Besok mas usahain keluar dari kantor jam 3 biar bisa jemput adek"

"Ih, padahal nggak papa banget loh mas kalau langsung ketemu disana aja. Adek nggak masalah kok kalau naik MRT"

Bian sisipkan rambut panjang Felix ke belakang telinga si mungil itu. "Enggak sayang. Mas jemput aja. Kita sama-sama aja ke butiknya, ya?" Ucap Bian sehalus mungkin.

Benar kata Albert, Felix itu sosok yang mandiri. Bian juga sudah tau itu sejak Felix mulai tinggal di kos Sekartadji satu setengah tahun lalu. Si manis ini tak pernah merepotkan siapapun meski ia tengah kesusahan sekalipun.

Namun yang baru Bian sadari, saking mandirinya Felix, si mungil ini kerap nyasar ke suatu tempat asing saking tak maunya merepotkan orang lain untuk sekedar bertanya arah yang tepat. Maka, Bian tak bisa mengizinkan Felix pergi kemanapun tanpa pengawasannya lagi mulai sekarang.

"Tapi entar mas kecapekkan?" Bibir Felix melengkung kebawah. Tak tega ia jika sampai pasangannya sampai kelelahan karena menjemputnya terlebih dahulu.

Ini ibu kota, yang pergi kemanapun pasti akan disapa macet di jam-jam sibuk seperti jam pulang kantor. Apa lagi besok sudah masuk akhir pekan. Pasti akan semakin banyak kendaraan yang turun ke jalanan.

"Enggak, sayang. Besok mas pakai motor aja deh ngantornya. Biar bisa nyelip-nyelip nyari jalan. Nanti baru ke butiknya kita naik mobil. Gitu, ya?" Bian beri solusi.

Felix berfikir sebentar, menimbang baik buruknya solusi Bian. "Yaudah, adek ikut mas aja" putus Felix setelahnya.

Bian tegapkan sandaranya di kepala ranjang. Lalu ia bawa si mungil itu untuk duduk di pangkuannya tanpa merasa keberatan sama sekali.

Felix dibuat merona saat melihat pose mereka yang telihat intim. Tangan Bian menyangga pinggangnya sementara tangannya sendiri bersandar di pundak pasangannya.

"Sayang, mas mau ngobrol serius" ucap Bian dengan suara lembutnya yang terasa nyaman di telinga Felix.

"A-apa mas?" Tanya Felix dengan terbata.

ARUNIKA ● ChangLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang