Menurut Satria; Bian dan Felix adalah Mentari dan Senja yang hangat namun tak menghanguskan. Dua insan yang akan sangat sempurna jika berjodoh di akhir kisah.
Lalu bagaimana menurut Bian dan Felix sendiri?
Akankah keduanya setujui pemikiran sahabat...
Jemari mungil itu pasang anting cantik berbentuk dream catcher ditelinga kanan untuk lengkapi dandanannya. Felix patut dirinya di depan cermin panjang didepan kasurnya. Ia puas dengan semua usaha maksimalnya untuk mempercantik diri.
"Kak Bian, gimana dandanan ku?" Tanya Felix tanpa balikkan badan ke arah Bian yang duduk bersandar di kepala ranjang Felix.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bian tau Felix cantik. Tapi untuk hari ini Bian baru sadari satu hal. Felix begitu luar biasa indah. Lekuk tubuhnya yang mungil, rambut karamelnya yang lemas, frecless taburi pipi berisinya, mata hazel yang berbinar, hidung bangir nan lucu, serta bibir ceri yang kini berwarna merah muda.
"Cantik" ucap Bian tanpa sadar.
Kuping Felix memanas. Entah kenapa pujian Bian buatnya berdebar. Seolah ia kembali ke masa remaja dengan cinta monyet yang lucu.
"Hmm.. masih kurang apa lagi gitu nggak, kak? Kalung gimana? Oh ya, anting aku gimana? Cocok kan sama baju aku?" Absen Felix.
Khusus hari ini, untuk seorang Albyandra Primas Kasatya, Felix akan menjadi pacar paling cantik di pernikahan Johhana. Untuk Bian yang super baik itu, Felix akan rebut semua pujian untuk Johhana dan Jacob beralih pada mereka.
Felix balikkan badannya, kini menghadap Bian dengan kepala yang tertunduk sembunyikan rona dipipinya agar tak kentara.
"Kalau gitu sini, kak! Kita harus latihan gandengan romantis!" Felix ulurkan tangan tarik Bian agar berdiri didepannya yang masih berdiri didepan cermin.
"Gimana, Fe?" Badan Bian kaku. Masih sungkan ia bersanding dengan sosok cantik disebelahnya.
Felix kalungkan lengan kanannya pada lengan kiri Bian hingga tubuh keduanya hampir menempel. "Kakak bisa gandeng aku gini"
Si mungil lepas rangkulnya di lengan Bian, lalu selipkan buku-buku jari kanannya pada buku jari kiri Bian. "Atau genggam aku gini"
Felix lepas lagi tangannya dari Bian. Kali ini, Felix angkat tangan kiri Bian ke area pinggang kecilnya "Atau kalau mau lebih romantis, peluk gini juga nggak papa"
Felix tolehkan kepala ke kananya. Pandangnya tepat jatuh pada pandang Bian yang ternyata tengah menatapnya lekat. Entah disebelah mana, tapi Felix jelas dan rasakan adanya letupan kembang api didirinya sebab tatapan Bian.
"Ka-kak Bian bebas mau gandeng atau peluk pinggang" ucap terbata Felix.
Bian akhirnya kembalikan alam sadarnya setelah kenyang kagumi ke-ayu-an wajah Felix.
"Hmm.. mending kita berangkat sekarang nggak sih, Fe?" Alih Bian sebelum kewarasannya menghilang lagi karena kecantikan Felix.
Felix anggukan kepala. Kakinya melangkah di belakang Bian yang duluan keluar dari kamar si manis. Dari posisinya, Felix dihadapkan dengan punggung tegap Bian yang tepat berada beberapa senti saja darinya. Bahkan tubuh mungil Felix menghilang tertutupi badan bongsor Bian.