5. BLOOM

235 23 9
                                    

🏡🏡🏡

Ada pepatah mengatakan, 'Cinta datang karena terbiasa'. Betul adanya. Setelah lewati 1 tahun bersama dalam 1 atap, Felix dan Bian merasa kehadiran satu sama lain adalah hal mutlak yang harus ada. Jika salah satunya pergi dalam waktu lebih dari 1 hari, maka satu lainnya akan langsung tanyakan kabar. Entah lewat panggilan telfon atau hanya pesan biasa.

Namun, mereka baru sadar akan kebiasaan satu itu usai keduanya hadiri pesta pernikahan Johhana.

Pagi ini merupakan pekan ke dua setelah pernikahan Johhana. Selama 2 pekan kebelakang baik Felix maupun Bian memang tak-namai special hubungan mereka. Semua berjalan biasa seperti sebelum hari dimana keduanya berciuman.

Namun bedanya, sekarang baik Bian maupun Felix lebih intens dalam bertemu dan bertukar cerita. Bian dan Felix lebih sering habiskan waktu bersama di kamar salah satunya dan akan pindah kamar hanya pada saat waktunya tidur saja.

Seperti malam ini. Felix tengah bantu Bian berkemas baju dinasnya untuk dimasukkan ke koper. Besok pagi, PNS Kementrian Ketenagakerjaan itu akan pergi dinas luar kota ke Solo selama 3 hari. Maka disinilah Felix. Suka rela membantu Bian siapkan semua keperluannya. Sementara si empunya kamar tengah baringkan badannya menghadap Felix tepat didepan koper yang masih terbuka.

"Mas mau bawa baju tidur 1 atau 2 aja?" Tanya Felix dengan panggilan khususnya untuk Bian.

Ya, usai pulang dari pesta Johhana, Felix resmi sematkan panggilan khusus itu pada Bian. Tentu Bian tak keberatan. Justru ia senang karena menganggap itu hal yang manis dan khusus untuk ia saja. Sebagai gantinya, Bian juga panggil Felix dengan imbuhan panggilan 'dek' sebelum nama Felix disebut.

"1 aja cukup, dek" balas Bian, masih dengan pandangannya yang tak lepas dari paras ayu Felix.

Tangan Felix pindahkan 1 kaos putih lengan pendek dan 1 celana santai selutut warna cream yang akan dipakai Bian tidur.

"Baju dinasnya bawa 3 aja kan ya, mas? Yang khaki 2 sama batiknya 1?" Absen Felix pada isi koper Bian yang hampir selesai ia tata.

"Iya, dek"

Satu tangan Bian usil menarik pipi cubby Felix yang membuatnya gemas bukan main. Pipi yang menurutnya paling cantik karena bertahtakan bintang-bintang alami yang semua orang ingini.

"Mas jangan jahil! Mending mas kemasi alat mandi mas aja sana di pouch yang aku kasih!" Titah Felix yang dibalas kekehkan kecil Bian.

Si bongsor turun dari ranjangnya lalu pergi ke wastafel kamar mandinya untuk ambil keperluan mandi yang khusus untuk pergi dinas. Dibawanya semua keperluannya pada Felix.

"Adek beneran nggak papa nganterin mas ke kantor besok jam 6?" Tanya Bian memastikan lagi keinginan Felix untuk antarnya.

"Nggak papa Mas Bian! Lagian besok aku sekalian mau berangkat ngantor, kok" balas Felix.

Tangannya kini letakkan pouch berisi keperluan mandi Bian ke koper. Dengan dibantu Bian, Felix lalu tutup koper yang telah rapih ia tata.

"Sana taruh di sebelah lemari!" Suruh Felix yang kemudian dituruti Bian.

Usai regangkan badan yang pegal, Felix kini rebahkan badan mungilnya di samping kanan kasur Bian. Tak tunggu lama, Bian kini susul Felix rebahkan badannya menyamping, menghadap si mungil dengan satu tangan menyangga kepala dan tangan lainnya rengkuh pinggang Felix.

"Adek emang udah mulai WFO?" Tanya Bian.

Felix gelengkan kepala, "Besok aku sama Rianty mau ketemu penulis senior yang bulan depan bukunya mau rilis, mas. Mau bahas royalti" jelasnya.

ARUNIKA ● ChangLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang