7. ME DURING HIS QUARANTINE

229 23 11
                                    

🏡🏡🏡

3 hari setelah Bian jalani masa karantinanya, Felix tak ada henti dan bosannya hubungi lelaki itu. Entah lewat pesan tertulis, telfon, atau video call. Sesekali Felix juga kirimi lelaki itu suplemen, makanan, minuman, atau beberapa baju tambahan yang diminta Bian lewat kurir.

Lelaki tampan itu tak berinya izin sekalipun untuk Felix mengantar sendiri ke tempat karantina. Alasannya, Bian tak ingin Felix merasakan tak enaknya diposisinya sekarang.

Memang gejala yang Bian alami terbilang ringan. Hanya demam, batuk, pilek, juga indra pengecap dan penciumannya saja yang menghilang. Bian masih bersyukur kondisinya tak separah yang ada di ruang ICU RSDC.

Siang ini Felix tengah siapkan hidangan yang diminta Bian semalam. Lelaki itu meminta Felix untuk buatkan pasta carbonara, sosis goreng, dan smooties strawberi dicampur dengan mangga. Maka disinilah Felix sekarang. Didepan gerbang kos, sedang menunggu abang gosend untuk mengambil makanan Bian.

"Atas nama kak Felix, ya?" Ucap kurir Gosend pesanan Felix.

"Oh iya betul, pak. Ini saya titip ya pak. Nanti titik jemputnya di gerbang pick up point tower 6 aja ya pak. Nanti diarahkan kok sama satgasnya" Felix serahkan sekantung paperbag warna orange besar berisi 3 macam makanan dan minuman pesanan Bian.

"Oke siap kak. Atas nama mas Albyandra Primas Kasatya ya penerimananya nanti?" Tanya kurir Gosend untuk memastikan lagi.

"Betul pak. Oh ya, ini ada makanan, vitamin dan masker untuk bapak ya pak." Felix serahkan paperbag lain berwarna ungu yang sengaja ia siapkan untuk kurir Gosend.

"Oh, yaampun terimakasih kak. Nggak usah repot-repot padahal kak" ucap si kurir yang terharu dengan kebaikan Felix. Jarang ia mendapatkan pelanggan sebaik Felix.

"Sama-sama pak. Semoga bapak sehat selalu ya. Kalau begitu saya titip ya pak makanannya"

"Siap kak. Mari kak" pamit si kurir tinggalkan Felix yang kini juga tinggalkan gerbang kosnya juga.

🏡🏡🏡

"Gimana kondisi kamu, Bi?"

Bian tatap wanita tersayanganya yang ada di layar ponselnya disertai dengan senyum lembutnya yang sama seperti yang dimiliki wanita itu.

"Udah jauh lebih fit, Ma. Udah nggak deman-demam lagi dari semalem. Badan juga udah mulai seger" jawab jujur Bian pada Mamanya.

"Syukurlah. Lega Mama dengernya Bi. Adek kamu nanyain kamu terus tuh. Khawatir sama Aa'nya" Linda, Mama Changbin senggol bahu anak gadisnya yang duduk bersebelahan dengannya.

"Iih, Mama!" Rengek Alea, Adik Bian yang masih duduk di bangku kelas 2 SMP.

"Hahaha! Nggak usah khawatir. Bian nggak ngerasain gejala berat kok. Paling batuk sama pileknya aja yang masih. Buat demam sama Anosmianya udah mulai ilang kok" Bian beri penenang pada dua wanita tersayangnya.

"Aa' lagi makan apaan tuh?" Tanya si kecil Alea yang sedari tadi perhatikan sang kakak yang asik makan.

Bian angkat kotak makan Thinwall berisi pasta carbonara buatan Felix yang tak lama tadi datang berisi pesanannya yang lain. "Makan pasta carbonara buatan calonnya Aa' dong. Enak loh, dek"

"Cih! Pamer doang! Dikenalin ke kita belum. Dih!" Cibir Alea, menggoda kakaknya.

"Iya, ihh, Aa'.. kapan mau dikenalin ke Mama dan Alea, Felixnya? Bawa atuh ke Bandung! Mama udah nggak sabar pengen kenalan sama calonnya Aa' ini" Giliran Linda yang bujuk sulungnya untuk segera perkenalkan sosok calon menantunya yang sering Bian pamerkan padanya sejak anaknya itu putus dengan Johhana.

ARUNIKA ● ChangLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang