Menurut Satria; Bian dan Felix adalah Mentari dan Senja yang hangat namun tak menghanguskan. Dua insan yang akan sangat sempurna jika berjodoh di akhir kisah.
Lalu bagaimana menurut Bian dan Felix sendiri?
Akankah keduanya setujui pemikiran sahabat...
"Lo nggak berfikir mau dateng sendiri kan, Bi?" Tanya sangsi Satrio pada Bian terus terngiang hingga saat ini.
Bian pandang kertas berdesain cantik dengan dominasi warna putih tulang didepannya yang tersemat foto Johhana dan Jacob dibagian dalamnya. Indah sekali senyum Johhana. Tercetak jelas jika ia tengah merasa ditahap paling bahagia dihidupnya. Jacob yang berpose rangkul mesra pinggang Johhana juga pamer senyum menawannya sambil matanya tatap mata dazel milik mantan Bian itu dengan hangat.
Bian bohong sekali jika ia bilang sudah mengikhlaskan begitu saja hubungannya dan Johhana kandas dengan cara semenyakitkan ini. Bagaimanapun, ia dan Johhana sudah lama bersama. Tentu rasa hilang dan kecewa itu tercetak jelas didadanya.
Tapi, Bian bisa apa? Menghancurkan pernikahan keduanya dan membuat anak dalam kandungan Johhana tak mendapat utuh kasih sayang kedua orang tuanya?
Oh, tentu tidak. Bian masih mampu berfikir jernih dan masih kuat untuk berlatih mengikhlaskan sedikit demi sedikit.
Tapi lagi-lagi tanya Satria ganggu kepalanya. Memang Bian harus datang dengan siapa? Pasangan? Tentu tidak. Mengingat belum lama kandasnya hungunan Bian dan Johhana.
"Lo tunjukin ke dia, kalo lo bisa dapet yang lebih baik dari dia dalam waktu singkat! Tunjukin kalau Albyandra nggak gamon dari mantan nggak ada adab kayak Johhana!"
Bian gelengkan kepala, enyahkan ingatan suara Satria yang penuh provokasi tak baik. Toh Bian tak seperti itu. Meski masih proses penyembuhan dari patah hatinya, tapi Bian tak masalah untuk datang ke nikahan Johhana walau sendirian. Mungkin(?).
Baik, harus Bian akui. Ia ragu harus datang ke pernikahan Johhana seorang diri.
🏡🏡🏡
Tok! Tok!
"Fel" panggil Morino didepan unit kos milik pujaan hatinya. Di tangan kanannya, bergantung dua paperbag isi oleh-oleh untuk Felix.
"Tunggu, kak" sahutan si mungil dari dalam kamar buat Morino kembangkan senyum.
Morino lantas dudukan dirinya di kursi teras yang terletak disebelah pintu kamar Felix. Ia biarkan si cantiknya gunakan waktu sepuasnya untuk berkemas.
Cklek!
Bukan pintu Felix yang terbuka, namun pintu sebelah kamar Felix lah yang kini terbuka bersamaan dengan kemunculan si empunya kamar, Bian. Bian keluar kamar untuk menjemur baju yang telah selesai ia cuci.
Bian yang sudah biasa melihat kehadiran sosok lelaki tampan di depan kamar Felix hanya ia tinggal berlalu. Ia tak begitu mengenal teman Felix itu. Ia juga sungkan untuk menyapa dahulu karena wajah Morino yang terlihat tak bersahabat.
Cklek!
"Kak, maaf jadi nunggu" ucap Felix begitu temu Morino didepan pintu kamarnya.
Morino seketika berdiri, buat tinggi badan mereka terlihat kontras. Tangan kanannya sangkutkan rambut karamel Felix ke belakang telinga.
"Cantik banget sih yang mau ngedate sama aku" puji Morino dengan senyum lebarnya. Lagi, ia dibuat jatuh cinta oleh sosok mungil didepannya.
Malam ini kecantikan Felix bertambah berkali lipat. Felix kenakan kemeja kotak warna biru dibalut sweeter pink, celana putih dan topi baret warna pink. Kombinasi pas yang buat Felix tampak semakin cantik.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.