Bagian 03 - Pelukan Hangat Untuk Renjana (2)

161 67 12
                                    

Renjana menjeda omongannya. Menarik napas panjang sebelum melanjutkan cerita. Memori ingatannya kembali pada ia masih kecil. Dulu, keluarganya sangat humoris. Ada saja bercandaan yang mengisi ruang keluarga. Dulu, saat ia jatuh dari sepeda sang ayah langsung bergegas menolongnya dan memberikan es krim sebagai penenang.

“Gue ngerasa kalau kehidupan gue saat itu bener-bener luar biasa. Gue bahagia banget bisa ngerasain itu semua, tapi gue nggak tahu kalau Tuhan bisa merubah apa pun dalam hitungan detik. Tuhan udah buat skenario dan alur yang indah. Nggak lama setelah itu pas ulang tahun gue, tepatnya sesudah ulang tahun hari berikutnya, Bunda nyelamatin gue yang hampir ketabrak.”

Kini air mata yang tadinya Renjana tahan, mengalir. Membasahi kedua pipinya. Termasuk lukanya yang belum kering. Perih. Namun itu semua belum termasuk luka dalam hatinya. Kenzo semakin menguatkan pegangannya. Memberikan kekuatan pada gadis itu agar tidak tumbang sebelum selesai menceritakan. Kini, Kenzo benar-benar menyadari kalau perempuan yang ia tolong pada malam itu; benar-benar berada di titik terlelah.

“Jan, tenang, oke? Lo kuat.”

“Setelahnya lo bisa menebaknya, Sa. Bunda kecelakaan gegara nolongin gue. Padahal kalau Bunda nggak nolongin, mungkin sampai sekarang Bunda masih ada di dunia ini. Hidup bahagia sama Ayah. Meskipun tanpa adanya gue,” lanjut Renjana semakin menangis tak kuasa.

Kenzo mengelus kedua bahu Renjana. “Jan, kalau lo nggak kuat jangan dipaksa, ya? Gue nggak tega lihat keadaan lo sekarang-“

”Enggak, Sa. Lebih baik gue ceritain sekarang daripada nanti lo tahu sendiri. Nggak apa-apa gue nyakitin diri sendiri karena gue tahu, itu sakitnya di awal doang. Beda lagi kalau lo tahu di belakang dan berpikir kalau nggak seharusnya lo ada di sini sama gue. Gue takut kalau lo bakalan ninggalin gue tanpa sepengetahuan cerita yang sebenarnya.”

“Jan?” Kenzo benar-benar tak kuat menahan gejolak ini. Renjana sangat kuat. Bahkan lebih kuat darinya.

“Sa, setelah meninggalnya Bunda. Ayah sering ngelakuin tindakan macam-macam, Ayah sering nyiksa gue. Ayah sering lontarin kata-kata kasar, bahkan sempat ngejual gue sama pria hidung belang. Ayah juga hampir lecehin anaknya sendiri. Gue nggak kuat di posisi sekarang, Sa. Kalau seandainya Bunda masih hidup, mungkin jalan ceritanya nggak seperti ini, kan?”

Lidah Kenzo terasa kelu. Ternyata hidup Renjana lebih berat dari apa yang ia bayangkan. Perempuan berusia remaja itu harus menanggung semuanya sendirian, dan yang lebih mengenaskan lagi, sosok Ayah itu tidak memberikan perlindungan pada putrinya. Malahan pelan-pelan menghancurkan mental anaknya sendiri—dengan menjual dan hampir melecehkan. Jikalau permasalahan ini sudah dilaporkan pada pihak berwajib, mungkin Renjana tak akan merasakan terlukanya sekarang.

“Jana, gue bener-bener nggak tahu kalau cobaan hidup lo seberat ini. Tapi yang harus lo tahu dan ingat, lo hebat bangettt. Nggak apa-apa kalau lo mau nangis, nangis aja sepuasnya. Jangan lo tahan air mata itu. Karena gue tau gimana rasanya pura-pura kuat padahal rapuh. Gue di sini bakalan temenin tangisan lo sampai selesai, Jan. Makasih udah bertahan sampai titik sekarang.”

Renjana menatap Kenzo lama. “Sa, boleh gue peluk lo?” tanyanya hati-hati.

Kenzo mengangguk lalu menjawab, “Boleh banget, Jan. Lo boleh peluk gue sampai lo ngerasa tenang.” Lalu, keduanya saling berpelukan di pinggir jalan. Langit mulai mengelap seiring waktu, dan rintikan hujan pun mulai turun. Namun hal itu tidak mempengaruhi keduanya untuk melepas pelukan ini, pelukan yang pertama kali sepanjang sejarah dalam hidup Renjana setelah kematian sang bunda.

Dalam pelukan itu, Kenzo merasa ada titik perasaan di mana ia merasa kasihan pada Renjana. Ada pula perasaan aneh dalam dirinya. Kenzo merasa tidak begitu jelas, tentang perasaan apa yang ia alami.
Cukup lama mereka saling berpeluk hangat hingga pada akhirnya, Renjana melepaskan pelukan itu, bersamaan dengan hujan yang mulai berdatangan.

❃❃

Laut Kelabu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang