Bagian 34 - Flashback of the Past

33 23 2
                                    

Suara desahan dan rintihan membuat Baskara yang semula ingin membuka pintu rumah  berdiam sebentar. Tangannya berhenti di udara. Pikirannya berkelana entah bepergian ke mana. Yang pasti, sekarang ini pikirannya sudah tidak memungkinkan baik-baik saja. Sudah satu menit berlalu tetapi ia masih sibuk berdiam sembari mengontrol emosi yang mungkin sebentar lagi akan menguap. Namun, semakin lama suara menjijikkan terdengar semakin hebat hingga membuat Baskara langsung membuka pintu kasar.

Kedua insan yang sedang memadu kasih itu pun terkejut dengan hebatnya. Nadhira dan seorang lelaki tak dikenal Baskara langsung berdiri. Baskara memandang Nadira penuh kekecewaan, dia pergi bekerja di luar kota hanya untuk membahagiakan Nadira. Tapi saat melihat kejadian barusan—hati Baskara mendadak sangat terpukul. Jantung dan hatinya seolah tidak berfungsi. “Apa yang kamu lakukan, Nad? Selama ini aku selalu banting tulang buat kamu, buat membahagiakan kamu. Tapi apa yang kamu lakukan?”

Nadira menutupi tubuhnya dengan selimut. Ternyata benar, sosok yang membuka pintu dengan kasar itu adalah suaminya, Baskara. Nadira begitu kaget saat melihat Baskara sudah pulang dari luar negeri, Belanda. “Mas, ini bukan seperti apa yang kamu—“

“Cukup, Nad. Kamu gak perlu jelasin apa-apa. Semua sudah begitu jelas di pandanganku sendiri. Kenapa kamu tega sama aku? Selama ini aku kurang apa, sih, Nad?” Baskara sekuat hati mencoba untuk bertanya. Hatinya masih terasa begitu hancur. Ternyata selama ini dia dibohongi oleh Nadira. Baskara menjambak rambutnya frustrasi, tangisannya tak bisa dibendung lagi. Lolos semua.

Mendengar tangisan Baskara, Nadira turut menangis. Tidak seharusnya dia mengkhianati pernikahan ini dengan berselingkuh bersama pria lain. “Kamu gak punya kekurangan sedikitpun, Mas. Kamu begitu sempurna. Aku yang salah di sini, seharusnya aku menunggu kamu sampai pulang. Maafin aku, Mas. Kamu boleh pukul aku, kamu boleh tendang aku sepuas kamu, Mas. Tapi tolong jangan pergi dan ninggalin aku.” Nadira melemaskan otot kakinya, berjongkok, menatap Baskara dengan permohonan.

Lebih memilih mengabaikan, Baskara melontarkan pertanyaan. “Di mana anakku sekarang, Nad?” Nadira terdiam. Dia tahu, Baskara mencoba mengalihkan pembicaraan. Tapi meskipun begitu, Nadira tetap tersenyum tulus dan berdiri.

Baskara semakin emosi saat melihat senyuman Nadira. Dengan segera ia pergi dari rumah. Mengabaikan segala teriakan Nadira yang menyuruhnya untuk kembali pulang. Padahal ia belum memberi tahu di mana keberadaan anaknya, Kenzo. Nadira menyuruh pria yang menutupi diri dengan balutan kain putih untuk segera pergi. Nadira melangkah ke kamar dan mengejar Baskara.

❃❃

“Aku gak nyangka kamu tega sama aku, Nad. Padahal aku selama ini selalu memenuhi keinginanmu, selalu bekerja keras buat membahagiakanmu dan anak kita. Aku rela pergi jauh dari kamu dan anak kita supaya bisa memberikan kebahagiaan. Tapi apa yang aku dapat, Nad? Hanya kekecewaan. Jujur, aku gak tahu harus bersikap gimana setelah kejadian tadi. Hatiku sakit, Nad. Kepercayaan yang aku tanam selama ini seolah hilang begitu aja.”

Baskara semakin menambahkan kecepatan mobil untuk menuju ke rumah ibunya. Menghapus semua air mata yang mengalir dengan begitu deras. Sungguh, rasanya benar-benar membuatnya terpuruk. Orang yang ia cintai malah membuatnya hancur, seolah tak ada kehidupan dalam dirinya.

Baskara tidak menyangka Nadira akan membuatnya seperti ini. Bahkan, sewaktu masih di perjalanan pulang dari luar kota, Baskara sempat berpikir kalau Nadira akan menyambutnya dengan kebahagiaan dan pelukan serta isakan bahagia karena sudah bertemu setelah sekian lama. Namun, yang diharapkan malah tidak terwujud. Malahan Baskara mendapatkan kejutan yang tak disangka-sangka. Baskara menggenggam erat setir mobil, memukulnya berkali-kali dan berteriak frustrasi. Ia bahkan tak menghiraukan umpatan serapah dari pengendara lain.

❃❃

“Ken, kamu lapar, ya?”

Kenzo kecil mengangguk tetap mempertahankan sebuah senyuman hangatnya. Saat ini dia dan Oma sedang berada di taman depan rumah. Sudah lama ia tidak bermain dengan Oma-nya ini. Kenzo sangat rindu. Oma tersenyum melihat respons cucunya yang semakin pintar dalam berkomunikasi. “Kamu mau makan sekarang, Ken?” Lagi-lagi Kenzo mengangguk sebagai respons.

Laut Kelabu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang