Bagian 38 - Happy birthday, Kenzo

64 23 10
                                    

Harapan Baskara melenyap begitu saja. Pagi sekali dia sudah tidak bertemu dengan Kenzo. Padahal ia ingin memberikan ucapan selamat untuk anaknya, tapi pagi buta sekali kehadiran yang ditunggu tak menampakkan diri. Baskara duduk di atas ranjang milik Kenzo. Sorot pandangnya mengamati sekitar. Tangan pria itu meraih bingkai di nakas. Hatinya tersentuh saat melihat foto dalam bingkai tersebut. Di dalam bingkai itu terdapat dirinya, almarhumah sang istri, dan Kenzo yang masih kecil. “Nadira, maafkan aku. Aku gagal menjadi ayah yang baik untuk Kenzo.” Lantas Baskara mencium bingkai itu dengan penuh kasih cinta.

Tak lama ia pun berdiri untuk menghampiri meja yang ada di sudut kamar. Tepatnya samping jendela. Baskara meraih kursi dan melihat catatan kecil yang ditempelkan anak lelakinya. Banyak ucapan syukur dan penyemangat di dalamnya. Kemudian netra Baskara berganti pada buku diari berwarna biru muda tertutup itu. Perlahan tapi pasti Baskara membuka.

Baskara tahu ini tidak sopan tapi entah kenapa hatinya ingin sekali membuka diari yang dituliskan anaknya. Sudut matanya membendung banyaknya air mata yang seolah ingin dikeluarkan. Terasa sesak dan sakit sekali. Ternyata selama ini Kenzo memang benar-benar anak yang menutupi dirinya sendiri dengan senyuman indah. Sakitnya, Baskara selama ini juga selalu menyiksa Kenzo dan tidak akan membiarkan lelaki itu mendapatkan kebahagiaan. Bukan tanpa sebab ia melakukan itu semua pada Kenzo. Ini semua hanyalah kesalahpahaman yang terjadi tanpa ada penyelesaian.

Dahulu ada yang bilang Kenzo bukan anak kandung Nadira dengan dirinya. Baskara percaya karena yang mengatakan itu adalah selingkuhannya Nadira. Otomatis Baskara menjadi marah dan kecewa karena selama ini dibohongi oleh orang yang dicintai. Kekecewaan itu bertambah besar karena indra penglihat Kenzo sama persis dengan Nadira. Tak ada satu pun kemiripan yang terdapat dalam diri Kenzo semasa itu, semuanya bahkan sangat mirip dengan sang almarhumah. Baskara benar-benar kecewa dan marah. Makanya setiap hari dia selalu menyiksa Kenzo—meskipun dalam lubuk hatinya—Baskara tak ingin melakukan itu.

Baskara melakukan itu semua karena ingin meluapkan amarah dalam diri.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bohong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bohong. Baskara bohong kalau dia ingin Kenzo pergi untuk selamanya. Nyatanya, Baskara tidak pernah siap untuk merasakan kehilangan terbesar dalam hidupnya kedua kali. Baskara menyesal karena telah berbuat semena-mena pada anaknya sendiri. Baskara menyesal sudah menyiksa Kenzo. Air mata itu kembali tumpah saat membaca tulisan terakhir. Refleks kepalanya menggeleng, seolah tidak setuju dengan kalimat yang ditulis. “Mas,” panggil Putri yang entah sejak kapan ia masuk kamar.

Laut Kelabu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang