Bagian 07 - Kasih Untukmu, Kenzo

82 35 0
                                    

Rasa pening menghampiri Kenzo. Lelaki yang sudah bersiap untuk pergi dengan setelan baju yang masih basah itu tiba-tiba terhenti. Memegang keningnya yang terasa memusingkan. Pandangannya mulai memburam, dadanya merasakan sesak, seolah pernapasannya kini sudah tidak berfungsi, dan perutnya seolah mengobrak-abrik pencernaan. Mual dan pusing.

Dari belakang, Kenzo masih bisa mendengar Putri dan Juan yang memanggilnya setengah berlari, menghampiri. Ingin sekali Kenzo melangkah pergi meninggalkan rumah ini, tapi rasanya tidak bisa. Langkah kaki Kenzo terasa berat dengan pusing yang berusaha menyerang.

Dengan sekuat tenaga Kenzo menahan diri agar tidak tumbang. Ia ingin pergi dari rumah ini, membuktikan bahwa dirinya bisa bertahan hidup tanpa adanya biaya dari sang ayah. Saat berusaha melangkah tiba-tiba seluruh pandangan Kenzo mengelap. Dia pingsan. Suara orang terjatuh membuat Juan dan Putri tersentak kaget. Dengan segera mereka menghampiri dan berusaha menyadarkan Kenzo.

“Ken! Kamu kenapa? Jangan kaya gini, Tante mohon.” Tanpa disadari, Putri merasakan khawatir begitu dalam saat melihat keadaan Kenzo. Wajah yang sangat pucat. Tidak seperti biasanya. Saat memegang kening lelaki itu, wanita yang masih tampak muda dengan usia memasuki 37 tahun, mengernyit kala merasakan suhu tinggi dari tubuh Kenzo. “Astaga, panas banget,” lanjutnya.

Pandangannya kembali teralih pada Juan. “Ju, bantu Bunda buat bawa Mas Kenzo ke kamarnya, ya? Badannya panas banget, Bunda mau kompres dia sekalian panggil dokter,” pinta sekaligus mohon Putri. Dia tidak bisa diam saja kala melihat anak malang itu merasakan sakit.

Meskipun sampai sekarang, Kenzo masih belum menerima kehadirannya, tapi Putri percaya bahwa suatu saat nanti lelaki itu pasti akan menerima kehadirannya dalam keluarga Pradipta. Apa pun ia lakukan untuk Kenzo. Bagi Putri, Kenzo adalah segalanya. Ia tidak akan memberikan luka lagi untuk pemuda itu. Sudah cukup luka yang ditorehkan oleh ayah kandungnya. Mengingat perlakuan tadi, Putri sudah tidak habis pikir. Ada ayah yang setega itu sama anaknya sendiri?

Menyiksa, menyiksa, dan menyiksa. Bahkan wanita yang masih tampak muda itu berpikir bahwa ini sudah kelewat batas.

Suaminya itu sudah kelewat batas. Marah boleh, kecewa boleh, tapi jangan sampai menaruhkan luka yang hebat untuk orang yang tidak bersalah. Apalagi sampai menyiksanya hingga membuat luka-lukanya yang entah bisa diobati atau tidak. Putri hanya bisa berharap semoga Tuhan mengubah skenario yang dimiliki anak itu. Kenzo tidak bersalah, dan dia tidak pantas untuk mendapatkan perlakuan tak adil seperti ini.

Juan mengangguk menuruti perintah sang bunda. Ia juga merasakan sakit saat melihat keadaan Kenzo yang sedang tidak baik-baik saja. Lelaki itu menarik tangan Kenzo, berniat mendirikan tubuh kakaknya. Putri dengan segera membantu Kenzo untuk berdiri dengan bantuan Juan. “Juan bawa ke kamar dulu, ya, Bun,” pamitnya dan Putri hanya mengangguk pelan.

Putri menatap kepergian Juan. Mengembuskan napas panjang ia memilih pergi mendatangi Baskara. Dia perlu bicara empat mata dengan lelaki itu. Sebelum semuanya terlambat. Suara pintu terbuka, menampilkan seorang wanita bertubuh langsing dengan rambut sepinggang itu menatap garang pada lelaki yang tengah mendudukkan diri, memfokuskan membaca koran, dengan kaki yang diangkat sebelah. Baskara tahu kalau istrinya bakalan datang kemari untuk membicarakan masalah tadi.

“Kamu kelewat batas, Mas!” Putri mendudukkan diri di sofa berwarna hitam itu. Menatap tajam sang suami yang hanya berdiam, tetap memusatkan diri pada sebuah koran yang entah memberitakan apa.

Baskara diam. Tetap fokus membaca. Melihat itu, Putri mendengkus kesal. “Mau sampai kapan kamu bersikap nggak adil kaya gini? Dia anak kamu, Mas. Anak darah daging kamu, nggak sepantasnya kamu memperlakukan Kenzo seperti binatang. Aku tahu gimana terlukanya seorang anak ketika dibanding-bandingkan, diberikan luka begitu dalam, siksaan mental dan fisik, semuanya menyakitkan, Mas. Apa itu semua nggak cukup buat kamu? Kamu hanya kehilangan sedangkan Kenzo? Kenzo hidup menderita di bawah hidup kamu, Mas! Kamu nggak pantas dipanggil sebagai ayah.”

Laut Kelabu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang