Bagian 16 - The Thing That Broke Me (4)

54 20 2
                                    

Kenzo menghapus keringat yang membasahi kening. Berharap semoga setelah ini akan baik-baik saja. Sejam lebih lima belas menit, Raga dan seorang gadis berpakaian dress berwarna hitam datang. Keduanya sontak langsung menghampiri ramai-ramai tersebut. Wajah Raga terlihat seperti menahan emosi, ia paling tidak suka ada orang yang membuat masalah di kafe milik almarhum ayahnya.

Betapa terkejutnya saat Renjana melihat Kenzo. Orang yang dia cari-cari selama ini ternyata bekerja di kafe milik Raga. Orang yang selalu ia hubungi tiap malam ternyata kenal dengan Raga. “Kenzo,” panggilnya sedikit lirih.

Kenzo melihat Renjana, keduanya sama-sama terlihat terkejut. Begitu juga dengan Raga yang tambah terkejut saat mendengar Renjana memanggil orang yang ia tolong kemarin. Jadi, keduanya sudah saling kenal satu sama lain? Rasanya seperti mimpi. Padahal yang Raga tahu, Renjana adalah tipikal orang yang tidak mudah akrab dengan orang lain. Apa mungkin Renjana sudah berubah dan bisa menerima orang lain di kehidupannya? Entahlah, sejak kepergiannya 3 tahun lalu, Raga berpikir mungkin saja, Renjana sudah mulai bisa menerima kehadiran orang lain di hidupnya.

“Renjana,” balas Kenzo terkejut.

“Lo kenapa nggak pernah balas chat gue?” tanya Renjana sedih, “Lo pernah bilang sama gue, nggak akan pernah ninggalin gue dalam keadaan apa pun. Tapi nyatanya apa? Lo bahkan dihubungi aja nggak pernah balas, setiap gue telepon pasti nggak pernah lo angkat! Lo kenapa, sih, Ken? Gue ada salah sama lo? Kalau memang iya, nggak begini caranya! Kita bisa bicarain ini baik-baik tanpa harus menghindar. Lo kekanakan tahu nggak?”

Lidah Kenzo terasa berat untuk bicara. Raga yang melihat interaksi Renjana dan Kenzo membuatnya terpikirkan omongan gadis itu waktu di perkebunan teh. “Bukan kaya begitu, Jan. Gue nggak ada niatan buat lakuin hal yang sekiranya nyakitin lo—“

“Tapi lo malah nyakitin gue, Ken!” sentak Renjana menahan isakan.

Mbak Yuni, Raga, Surya, dan Dewi hanya memandangi orang yang tengah berdebat itu. Lumayan juga bisa nonton pertunjukan selayaknya lagi nonton sinetron. Raga mendengkus kesal saat melihat perempuan itu menangis. Saat ingin mengusap air mata Renjana, cewek itu malah langsung pergi meninggalkan kafe ini. Kenzo hanya mampu memandangi kepergian gadis itu. Dia sama sekali tak ada niatan sedikitpun untuk menyakiti Renjana lebih lagi. Kenzo hanya tidak ingin, saat hari itu tiba, justru dia semakin jauh menyakiti Renjana.

Kenzo tak ingin menyakiti Renjana. Makanya, ia perlahan menjauh dari perempuan itu agar tidak menyakiti Renjana. Kenzo sangat takut saat Renjana mendengar kabar hari di mana ia akan meninggalkan dunia untuk selamanya, Renjana justru orang yang paling kejer menangis. Lelaki itu tidak mau membuat Renjana lebih terluka.

“Halah, drama! Sekarang mana ganti ruginya?!” pinta Dewi.

Sontak saja, Raga langsung melihat Dewi. Dia bahkan sampai melupakan kedatangannya ke sini untuk apa. “Ganti rugi apa? Saya ingin dengar cerita sebelum saya ganti kerugian itu! Karena orang jaman sekarang banyak orang licik yang ingin punya uang banyak.”

Skak. Dewi sulit menelan saliva. Ia tidak menyangka orang itu akan membalasnya sepintar ini. Dia berganti menatap Kenzo, Surya, dan Mbak Yuni secara bergantian kemudian tetap tenang, agar tidak dicurigai oleh siapa pun. “Kenapa diam? Nggak punya cadangan jawaban?” tantang Raga, semakin memojokkan wanita itu. Sebelum mengambil keputusan, ia biasanya sering mencontoh kelakuan sang ayah saat ingin mengambil keputusan. Alhasil, sampai sekarang Raga terus meniru kelakuan almarhum sang ayah.

Surya mendengar balasan Raga semakin membuatnya kagum. Didikan Kakaknya memang tidak pernah gagal. “Tadi orang itu tiba-tiba menabrak saya—“

“Alasan klasik. Alasan itu menurut saya nggak masuk akal. Coba, deh, cari alasan yang lebih masuk akal,” kekeh Raga membela Kenzo.

Dewi semakin kesal, lawannya kali ini tidak main-main. Seketika itu ingatannya kembali pada Baskara. Lelaki itu sudah menyuruhnya untuk tenang dan mengikuti sesuai dengan rencana. Di tengah penjelasan Dewi, tiba-tiba ada seorang pria datang menghampiri ramai-ramai itu.

Laut Kelabu [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang