tiga

752 118 13
                                    

"Pertanyaan pertama, apa kau suka mawar?"

"T-tidak."

"Ahhh... biar ku beritahu, aku sangat menyukai mawar, dan kau baru saja membuatku merasa sedih. Sebagai gantinya aku akan membuatmu menyukai mawar juga, supaya kita bisa punya selera yang sama." Senyum bahagia yang diakhiri dengan seringaian kecil muncul dari sudut bibir pemuda berbadan mungil tersebut.

Pemuda itu lalu berjalan mendekati orang di depannya dengan tiga tangkai mawar putih ditangannya.

Ia menyodorkan ketiga bunga tersebut ke hadapan orang yang sedang bergetar ketakutan itu.

"Pilih salah satu." Ucapnya dengan suara yang sangat halus.

Hening. Hingga beberapa detik berikutnya orang tadi masih tidak mau mengambil bunga yang disodorkan oleh pemuda itu.

"Pilih atau aku yang memilihkannya untukmu."

Suara itu terdengar begitu lembut namun juga terdengar seperti sebuah peringatan.

Karena merasa mendapat sinyal bahaya, dengan cepat orang yang ketakutan itu mengambil asal salah satu tangai mawar tersebut.

Pemuda kecil itu lalu tersenyum manis, sangat manis.

Ia melempar asal kedua mawar putih yang tersisa dan mengambil setangkai mawar yang dipilih orang tadi.

"Mari kita hitung bersama ada berapa kelopak bunganya."

Dengan senyum yang tak luntur dari wajah manisnya,  jemari lentik pemuda itu mulai mencabut satu persatu kelopak mawar itu dari dari tangkainya.

Satu

Dua

Tiga

Pemuda itu terlihat begitu santai dan tenang, berbanding terbalik dengan orang di depannya yang sudah berkeringat dingin sejak tadi.

Pemuda itu terus menjatuhkan kelopak-kelopak bunga tersebut dengan suara hitungan yang keluar dari bibir merahnya.

Hingga sampai pada kelopak bunga yang terakhir,

Enam belas.

Ia turut menjatuhkan tangkai mawar yang tersisa itu dihadapan orang tadi. Tak lupa ia juga menampilkan senyum terbaiknya untuk orang dihadapannya.

"Apa kau dengar? Enam belas. Totalnya ada enam belas kelopak mawar."

Pemuda mungil itu mencondongkan badannya ke arah orang di depannya. Jemari lentiknya mengelus rahang orang itu pelan. "Kenapa kau terlihat ketakutan? Apa itu terlalu banyak?"

"Kau tenang saja, aku sudah sangat ahli dalam hal ini. Tubuhmu besar, jangankan memotong menjadi enam belas bagian, menjadi dua puluh enam bagian pun aku bisa melakukannya dengan baik."

Suara tawa riang terdengar begitu nyaring di dalam ruangan itu.

"Apa kau sudah siap sekarang?"

"Ku mohon lepaskan aku." Pinta orang itu.

"Permohonan ditolak." Pemuda itu mengambil sebuah kapak dari atas meja yang berisi banyak peralatan yang sudah ia siapkan sebelumnya lalu berjalan mendekati orang itu.

"Kita mulai dari mana dulu?" Tanya pemuda itu.

Namun belum sempat ia menyentuh korbannya, suara pintu terbuka mengalihkan perhatian keduanya.

"Tae! Kau mengejutkanku!!" Pemuda itu langsung memasang wajah kesal saat laki-laki yang baru saja memasuki ruangan itu mendekatinya.

"Apa aku mengganggumu, Clove?"

Blood Rose (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang