empat

659 120 9
                                    

Pagi-pagi sekali kyungmun dan Chan sudah terlihat rapi dengan pakaiannya.

Seperti yang sudah direncanakan kemarin, hari ini mereka berdua akan menuju ke gedung 3 untuk membunuh target incaran mereka.

Setelah dirasa semua sudah siap, Chan lalu masuk ke dalam mobil diikuti oleh Kyungmun. Tanpa menunggu lagi mereka berdua langsung menuju ke tempat tujuannya.

Sebenarnya Chan maupun Kyungmun tidak suka membunuh orang dengan diam-diam seperti ini. Alasannya karena mereka nantinya tidak akan bisa bebas menyiksa korbannya dalam waktu yang lama.

Tapi demi imbalan yang sangat mereka nantikan, keduanya pun rela mengesampingkan hasrat membunuh mereka.

Setelah sampai di lokasi, ternyata di sana masih sangat sepi. Wajar saja, sekarang masih pukul tujuh pagi sedangkan pertemuan akan dimulai pada jam sepuluh nanti.

Chan dan Kyungmun lalu turun dari mobil dan bergegas memasuki gedung itu. Mereka berdua langsung berpencar untuk melakukan tugasnya masing-masing.

Chan dengan keahliannya bertugas mengawasi sekitar sedangkan Kyungmun mendapat bagian mengeksekusi target.

Setelah cukup lama, akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba. Chan yang sudah mensabotase seluruh CCTV di gedung itu melihat targetnya yang kini sudah berada di lokasi. Ia pun segera memerintah Kyungmun untuk bersiap-siap.

Melalui Earpiece yang mereka gunakan. Chan membantu mengarahkan kemana Kyungmun harus pergi.

Dan sepertinya keberuntungan sedang berpihak pada mereka. Target mereka terlihat berjalan sendirian menjauh dari para anak buahnya yang bertugas menjaganya.

Kyungmun yang sekarang berada tidak jauh dari orang itu pun tersenyum miring. Sepertinya sedikit bermain-main tidak masalah.

"Chan, matikan semua CCTV di lantai ini." Ucapnya pada Chan melalui Earpiece yang digunakannya.

Kyungmun perlahan mendekati orang itu dari belakang. Dengan langkah pelan namun tetap santai, ia terlihat begitu tenang tanpa rasa takut sedikitpun meskipun yang saat ini di depannya adalah orang yang cukup berbahaya.

Orang itu memasuki salah satu ruangan yang ada di sana dan membiarkan pintunya terbuka begitu saja.

Kyungmun tidak bodoh. Dia tahu jika orang itu menyadari keberadaannya.

Ia pun ikut memasuki ruangan itu tanpa ragu. Dan benar saja, Setelah pintu tertutup rapat, sebuah peluru melesat kearahnya dan hampir saja mengenai lengan kanannya.

Kyungmun tergelak karena tembakan orang itu meleset. Ia berbalik menatap orang di depannya itu dengan wajah mengejek.

"Dimana kakekmu? Apa dia takut sampai harus mengirim bocah ingusan sepertimu untuk membunuhku?" Orang itu menatap remeh Kyungmun.

Kyungmun tidak merasa tersinggung. Ia justru tertawa semakin keras saat mendengar ucapan orang itu.

"Ruangan ini kedap suara bukan?" Tanya Kyungmun.

Tanpa di jawab pun Kyungmun sudah tahu jika jawabannya adalah iya. Dia hanya ingin basa-basi saja.

"Jadi pak tua, apa anda punya pesan terakhir? Aku bisa membantumu merekamnya dan juga mengirimkannya pada anak cucumu." Ucap Kyungmun dengan nada mengejek.

Orang itu terlihat marah mendengar ucapan Kyungmun. Ia mengarahkan kembali pistolnya ke arah Kyungmun lalu menembaknya sebanyak empat kali.

Namun sayangnya, tidak ada satupun dari peluru itu yang mengenai Kyungmun. Anak itu berhasil menghindarinya.

"Sekarang giliranku."

Tangan kiri kyungmun mengambil sebuah pistol lalu menembakkannya ke arah orang itu.

Blood Rose (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang