dua puluh empat

507 78 7
                                    

"Lepasin gue dasar bocah sialan!"

"Nggak pegel mulut lo daritadi teriak-teriak mulu?" Chan menatap remeh Jeno yang kini terikat di depan sana.

Sejak Chan sampai di tempat itu tadi, Jeno terus saja menyumpah serapahi Chan dengan berbagai macam umpatan.

Tak hanya mereka berdua, ada satu orang lagi yang kini juga berada di ruangan yang sama dengan mereka, benar, Karina.

Karina dan Jeno Chan ikat di kursi dengan posisi yang saling berhadapan dengan jarak sekitar 2 meter saja. Tentu saja ada maksud tersendiri mengapa Chan memposisikan mereka seperti itu.

"Lo tau apa kesalahan lo kan?" Chan berjalan mendekat, bukan ke arah Jeno, melainkan ke arah karina.

Posisi Chan yang kini berdiri di belakang Karina membuat Jeno bisa menatap mereka berdua dengan sangat jelas.

Seringaikan kecil terlihat di bibir Chan. Ia mengelus rambut kusut Karina yang terlihat sangat ketakutan namun tatapannya masih tertuju pada Jeno. Dan itu semua tak luput dari pandangan Jeno.

"SINGKIRIN TANGAN LO ANJING!" Teriak Jeno. Wajahnya terlihat memerah karena terbakar amarah, namun itu justru membuat Chan tertawa.

Chan tidak peduli dengan amarah Jeno. Ia masih menatap pria yang lebih tua darinya itu dengan tangannya yang menunjuk pada beberapa bagian di tubuh Karina.

"Di sini, di sini, di sini, di sini, daann.. di sini." Jari telunjuk Chan berhenti menunjuk pada pelipis Karina.

Karina yang sudah ketakutan sampai tidak bisa mengeluarkan suaranya. Ia hanya terdiam, namun tubuhnya bergetar serta air matanya tak henti mengalir dari kedua sudut matanya.

Tatapan Chan yang tadinya mengejek berubah menajam. Ia memandang penuh dendam dan kebencian ke arah Jeno yang ada di depannya.

"Lo tau? Mommy gue koma, dan itu GARA-GARA KALIAN SEMUA!!"

AAAARRGHHH!!

KARINAAA!!!

Tanpa aba-aba, Chan menusukkan sebuah besi panjang nan tajam yang entah sejak kapan berada di tangannya itu pada bahu Karina.

Karina menjerit kesakitan sementara Jeno berteriak sambil berusaha melepaskan ikatannya agar dia bisa menyelamatkan wanitanya.

Chan membelai wajah Karina yang basah dengan air mata, ia usap perlahan pipi tirus tersebut kemudian beralih menjambak rambut kusut miliknya.

"KALIAN HARUS MATI!!" Teriak Chan.

"MATI"

"MATI"

"MATI!!"

Chan mencabut kasar besi yang tertancap pada bahu Karina dan menusukkan kembali besi itu pada bagian tubuhnya yang lain secara berulang. Ia menusuk tubuh Karina yang masih hidup itu secara acak dengan pandangannya masih tetap mengarah pada Jeno yang meronta agar bisa lepas dari ikatan yang menjeratnya.

Lagi-lagi Karina menjerit kesakitan saat benda kecil dan panjang itu kembali menembus kulit pucatnya.

Suara teriakan kesakitan Karina, suara Jeno yang meminta Chan agar menghentikan aksi gilanya, dan suara Chan yang terus mengucapkan kata 'Mati' beradu menjadi satu, membuat ruangan itu menjadi sangat bising karenanya.

Chan benar-benar murka. Karena kejadian tiga hari yang lalu, Mommy kesayangannya dinyatakan koma oleh para Dokter sialan itu.

Chan sudah mencari tahu siapa saja yang terlibat dalam hal ini, dan dia serta saudaranya akan memusnahkan mereka semua tanpa terkecuali.

Blood Rose (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang