sebelas

520 98 15
                                    

Drrttt..
Drrttt..

Drrttt..
Drrttt..

Chan yang baru tertidur itu terpaksa harus membuka kembali kedua matanya karena ponselnya yang sedari tadi tidak berhenti berdering.

Tanpa melihat siapa yang menelpon, Chan mengangkat panggilan itu dan langsung mengumpatinya.

"Anjing! Mata lo buta apa gimana? Lo tau ngga ini jam berapa?" Ucapnya dengan kesal.

"Gue butuh bantuan lo, Chan. Ini urgent banget."

"Ga peduli gue. Mati aja lo sono. Ganggu orang tidur aja."

"Hiks.."

Chan yang hendak menutup telponnya itu mengurungkan niatnya saat dia mendengar suara tangisan seseorang.

Dengan mata yang masih sayup-sayup, Chan berusaha melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

Ternyata itu Taerae.

"Kalo lagi naena jangan sambil telpon gue, gue nggak minat dengerin desahan lo pada." Ucap Chan malas.

"Pikiran lo bangsat! Gue nggak lagi ngapa-ngapain njing. Ini si Clove abis bangun tidur tiba-tiba nangis minta bunga."

Chan hanya ber'oh' ria saja. Dia pikir Taerae dan Clove sedang melakukan itu. "Terus ngapain lo telpon gue? Gue nggak jual bunga."

"Si goblok emang. Gue mau minta tolong lo beliin bunga terus bawa ke Apart gue sekarang. Terserah bunga apa aja yang penting ada. Tapi lebih bagus kalo ada mawar atau ngga lily putih."

"Ogah. Mau lo bayar pun gue males. Mending gue tidur." Chan tentu saja menolak, dia baru saja memejamkan matanya beberapa menit yang lalu dan sekarang dia disuruh membelikan bunga untuk anak cengeng itu? menyebalkan sekali.

"Kali ini aja. Ini si Clove nggak mau berhenti nangis. Ga bisa ditinggal juga"

Taerae sepertinya tidak berbohong, sebab Chan memang masih bisa mendengar dengan jelas suara tangisan Clove. Meski begitu, tetap saja Chan malas.

"Derita lo itu mah."

"Buruan njir. Banyak cingcong ya lo. Tinggal beli doang apa susahnya."

"Mata lo buta?! Mana ada orang jualan bunga jam 2 pagi gini? Mau gue bawain bunga kuburan? Oh, Gue jadi curiga jangan-jangan pacar lo itu kunti, makanya nggak bisa hidup tanpa bunga." Ucap Chan dengan suara yang sedikit meninggi

"Nggak usah ngaco. Udah cepetan beliin. Nanti alamat sama pin Apartnya gue kirim di Chat."

Tut.. tut.. tut..

"Nyusahin banget anjing!" Chan mendengus kesal sambil menatap layar ponselnya saat panggilan itu terputus.

Chan menguap lebar, namun ia tetap memaksakan diri untuk bangun.

Chan duduk di pinggiran ranjang sambil menggaruk pipinya pelan. "Mana ada toko bunga buka jam segini anjir." Umpatnya kesal.

Bagaimana Chan tidak kesal, sekarang pukul dua dini hari dan dia disuruh mencari bunga di tengah malam buta begini? Yang benar saja.

Tapi entah kenapa Chan mau-mau saja di suruh oleh Taerae. Mungkin dia masih belum sepenuhnya sadar.

Dengan langkah sempoyongan, Chan berjalan menuju ke kamar Kyungmun. Chan tidak mau repot sendiri jadi dia akan mengajak pemuda itu.

Sesampainya di kamar Kyungmun, Chan langsung membanting tubuhnya di kasur milik Kyungmun dan memeluk kembarannya itu.

Kyungmun yang sensitif dengan gerakan itu langsung terbangun begitu merasakan ada orang lain yang tidur di ranjangnya. Tidak perlu menebak, Kyungmun sudah tahu siapa pelakunya.

Blood Rose (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang