dua puluh satu

406 81 8
                                    

Halow... gimana kabar kalian? Ada yang nunggu lanjutan cerita ini ngga?

Maaf ya lama, mimin lagi banyak urusan nih hihi

Oiya, aku saranin kalian baca 1-2 part sebelumnya biar ga lupa alur, tapi kalau males baca ulang ya ngga papa sih

Vote dulu yuk❤

Happy reading..

——•——

Di dalam sebuah bangunan satu lantai itu, Jeno berlari tergesa menuju salah satu kamar yang ada di sana.

"SHIT!"

Jeno meninju pintu kamar itu hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Kamar tersebut sangat berantakan, semua barang-barang berpindah dari tempatnya, dan yang terpenting, penghuni kamar itu tidak ada di sana.

"Karina.."

Jeno meninggalkan ruangan itu untuk mengecek kamar yang lain. Dua kamar lainnya juga nampak tak jauh beda dari kamar karina, sangat berantakan.

"Jen."

Jeno menoleh kebelakang, mendapati kakaknya Mark dan keponakannya Kevin yang baru saja tiba.

"Kenapa mereka bisa tau tempat ini?" Tanya Mark pada Jeno.

"Gue nggak tau. Pasti ada yang salah di sini." Jeno mengacak rambutnya kasar.

Jeno sudah memastikan keamanan tempat ini. Tidak ada yang tahu dimana karina berada kecuali dia dan keluarganya. Dan dia juga sudah memastikan Hyunjin dan Changbin agar tidak curiga dengan bangunan ini. Tapi kenapa mereka masih bisa menemukan orang-orang tersayangnya?

"Dimana Xin?" Tanya Mark lagi.

"Pergi ke markas. Ngumpulin semua anak buah yang ada." Jawab Jeno.

Memang benar Jika Xinlong pergi ke markas mendiang tuan Lee atas perintah Jeno. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan semua anak buah yang tersisa untuk dijadikan tameng pertahanan mereka.

"Kita nggak punya celah sama sekali, Jen. Mereka terlalu kuat." Ucap Mark dengan nada lesu.

"Apa maksud lo kita bakal tetap diam aja dan biarin keluarga kita mati di tangan mereka? Dan setelah itu kita adalah target selanjutnya. Apa lo mau pasrah gitu aja?!" Jeno menatap Mark tak suka.

"Memang apa lagi yang bisa kita lakuin selain nunggu giliran buat mati? Mau kita ngelawan pun kita bakal tetep mati. Mereka ga bakalan biarin kita hidup." Jelas Mark.

"Nggak! Gue ga mau mati konyol. Kalaupun harus mati, gue ga bakal nyerahin nyawa gue gitu aja."

Jeno memaksa otaknya untuk berpikir keras. Kemungkinan Karina dan yang lainnya untuk selamat hampir tidak ada, tapi Jeno masih bersikeras untuk menyelamatkan wanita yang paling dicintainya itu.

"Pah, aku keluar sebentar."

Mark dan Jeno menoleh ke arah Kevin sekilas.

Merasa mendapat izin, Kevin langsung berlalu meninggalkan dua orang dewasa itu untuk memastikan sesuatu.

Setelah dirasa cukup jauh, Kevin mengambil ponselnya dan mendial nomor seseorang yang ia curigai.

Tak lama, panggilan itu tersambung. Suara khas orang di sebrang sana langsung menyambut Kevin.

"Ada apa?"

"Langsung aja. Lo kan yang ngasih tau ke mereka tempat tante Karin di sembunyiin?" Ucap Kevin langsung. Ia tak mau basa basi.

Blood Rose (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang