FOLLOW AUTHOR DULU✈️!!!
VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA.
SELAMAT MEMBACA
°°°☁️°°°°
Jam pulang sekolah akhirnya tiba juga. Dua menit yang lalu anak-anak lain sudah pada meninggalkan area sekolah. Gadis dengan rambut hitam legam itu masih berdiri di area parkiran. Awan bersandar mobil hitam milik Atlas.
Lebih dari lima menit ia menunggu sang pemilik mobil namun Atlas masih belum muncul juga. Ia melirik jam tangannya dengan bosan. Ayu sudah pulang sejak tadi. Ya ya ya setelah mengomel panjang lebar padanya tentunya.
Ayu itu tipikal orang keras kepala, jadi mau bagaimana dan seperti apa Awan memohon padanya, Ayu tidak akan menggubris sama sekali.
"Udah dari tadi?" Suara bariton itu membuat Awan menoleh ke samping.
Atlas sudah berdiri disana sambil menenteng tas hitamnya di bahu kanan. Entah kenapa cowok itu selalu identik dengan warna hitam. Apa semua laki-laki di seluruh dunia ini juga begitu? Dan nihilnya warna hitam seperti jimat terkuat laki-laki.
Awan tersenyum kecil. "Nggak kok."
Atlas mengangguk kemudian memasuki mobilnya. Dan Awan masih berdiri diluar dengan muka bingung. "Mau sampe kapan berdiri disitu?" Tanya Atlas.
Awan tertunduk. Memang harusnya ia tak usah pake berkhayal segala pengen dibukain pintu kayak tuan putri. Harusnya ia sadar diri saja. "Eh? Iya." Cepat-cepat ia membuka pintu mobil, kemudian mendudukkan diri dibangku sebelah Atlas.
Beberapa menit kemudian, mobil Atlas sudah menjauhi area sekolah. Cowok itu bahkan belum memberi tahu Awan kemana mereka akan pergi.
"Kita mau kemana?" Tanya Awan sambil menatap Atlas yang tengah fokus menyetir.
"Taman." Jawab Atlas. Singkat, padat dan jelas.
Awan memangku tangannya sambil memilin rok abu-abu miliknya. Entah kenapa ia jadi gugup seperti ini. "Kenapa kamu mau ngajak aku ke taman?"
"Karna lo kayak anak kecil. Jadi kalo gue bawa ke rumah hantu bisa nangis."
"Aku bukan anak kecil, aku udah delapan belas tahun. Dan satu lagi, aku orangnya pemberani, jadi nggak mungkin aku takut masuk ke rumah hantu." Cerocos Awan panjang lebar.
"Ngomong masih belepotan, udah sok banget ngerasa dewasa." Ujar Atlas.
Bagaimana jika Atlas tahu segalanya tentang Awan? Apakah cowok itu masih mau menyebut Awan sebagai anak kecil. Cowok itu bahkan tak pernah tau apa saja yang berhasil Awan lewati sampai dititik ini.
"Dasar tukang ngejek." Dengus Awan.
Beberapa menit kemudian, tanpa sadar mobil mereka sudah sampai di taman kota. Atlas memberhentikan mobilnya diparkiran, kemudian turun dari mobil diikuti Awan dibelakang.
Jujur saja, Atlas hanya terpaksa mengajak Awan jalan-jalan, karna ia hanya kasihan habis melihat Awan menangis seperti tadi. Selain itu juga karna paksaan teman-temannya.
Awan saja yang terlalu bodoh. Mau saja di bodoh-bodohi oleh cowok seperti Atlas. Bego karna cinta emang nggak ketulungan. Ibarat kata seperti ini, 'mana mungkin es batu mencair secara instan, pasti butuh waktu sampai es itu benar-benar kembali berubah seperti air'. Seperti itu juga Atlas.
Cowok kasar dan keras kepala seperti dia tidak akan pernah bisa berubah dalam sekejab mata. Semuanya pasti butuh waktu.
"Kita duduk disana aja gimana?" Awan menunjuk sebuah bangku kosong diujung barat. Kemudian di angguki oleh Atlas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AWAN
Teen Fiction"𝐬𝐮𝐬𝐚𝐡 𝐲𝐚 𝐬𝐮𝐤𝐚 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮, 𝐮𝐧𝐭𝐮𝐤 𝐬𝐞𝐤𝐞𝐝𝐚𝐫 𝐥𝐢𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐧𝐲𝐮𝐦 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐚𝐣𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐧𝐠𝐠𝐚𝐤 𝐦𝐚𝐦𝐩𝐮." ~AWAN ALULA~ ••••••• Awan yang ter...