17-RUANG WAKTU

559 82 15
                                    

Helllowwww
Aku up lagi nih pabi🤭
Semangat bacanya ya, makasih banyak support dan antusias kalian yang selalu nungguin cerita ini tetap lanjutt.

Love uuu allll
Jan lupa vote dan komen ya!
Biar aku makin semangat nulis!

SELAMAT MEMBACA💗💗

°°°☁️°°°

Malam mulai larut, sekitar pukul 11.22, tiba-tiba saja bel rumah berbunyi beberapa kali. Awan yang mendengar itu dari kamarnya beranjak bangun untuk segera melihat siapa yang datang malam-malam begini.

Krekk.....
Suara pintu terbuka, mata Awan yang masih sayu akibat ketiduran tadi, sontak terbuka lebar melihat penampakan di depannya.

Seorang wanita, dengan dress merah sepaha tanpa lengan, berdiri di depan pintu, sambil memapah papanya. Awan memperhatikan potongan rambut sebahu, sampai heels yang tingginya lebih dari sepuluh centimeter dengan warna merah menyala.

Mata Awan menatap papanya, yang terlihat lunglai, pakaian berantakan, dan bau alkohol yang menusuk. "Pasti mabuk lagi." Batinnya.

Ia mendengus kesal, entah sampai kapan papanya akan berhenti melakukan hal-hal bodoh seperti ini. Ia benar-benar sudah muak, Melihat scene ini berulang-ulang. Apa harus menunggu sampai polisi yang mengantarnya pulang?

Sedetik kemudian, wanita itu berdehem singkat. "Ehemm...lo nggak ada niatan buat bantuin gue ya? Malah bengong lagi." Ucapnya.

Awan yang mendengar itu sontak, mengambil lengan papa-nya dari pundak wanita tersebut untuk dipapah kedalam. Awan segera membawa Antony kedalam rumah, ia sama sekali tak menghiraukan, wanita itu.

"Cih! Dasar bocah nggak tahu terima kasih!" Desisnya, sambil menatap punggung Awan masuk kedalam.

Bukannya segera pergi, wanita itu malah ikut masuk kedalam rumah. Tidak ada angin tidak ada hujan dengan santainya, dia duduk disofa ruang tamu sambil memangku kaki.

Awan yang baru saja keluar dari kamar papanya, langsung dikejutkan kembali oleh wanita tadi yang kini sudah ada di ruang tamunya.

"Ngapain anda masih ada disini?" Tanya Awan dengan nada tajam.

Wanita itu hanya tersenyum miring. "Udah bagus gue anterin si tua bangka itu pulang ya. Dan lo masih nggak mau bilang makasih sama gue? Masih untung nggak gue buang ditengah jalan." Ucapnya dengan nada sarkas.

Awan berjalan sedikit lebih dekat. "Tutup mulut anda! Jaga mulut anda ya, saya tidak suka anda menyebut papa saya dengan panggilan kurang terhormat seperti itu." Matanya menatap tajam.

"Huh.."
Wanita itu berdiri dari duduknya sambil menatap Awan dari atas kebawah dengan tatapan tak suka. "Well, kita belum kenalan, kenalin gue karina, calon mama baru lo." Ucapnya sambil mengulurkan tangan. Sepertinya dia sengaja memperjelas kata calon mama baru, agar Awan makin tersulut emosi.

Awan menghembuskan nafas dalam. Ia mengabaikan uluran tangan Karina . "Nyonya Karina yang terhormat, sebelumnya terimakasih atas kemurahan hati anda, sudah membawa papa saya pulang. jadi tugas anda sudah selesai disini, sekarang anda bisa pulang!"

"Tanpa lo suruh gue juga mau pulang." Balas Karina tak mau kalah.

"Bagus kalau begitu, silahkan..! apa mau saya antar?" Tawar Awan dengan nada songongnya.

"Nggak usah!" Sergah Karina.

Setelah mereka sudah berada di ambang pintu, Awan segera mendorong wanita itu keluar. Serius ia sangat muak melihat rok mininya itu. Ingin rasanya ia memberikan kain lap nya untuk dipakai, daripada harus melihat belahan dada itu.

AWAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang