20-WARM HEART

521 66 16
                                    

SEBELUM BACA JANGAN LUPA VOTE✓
DUKUNG AUTHOR SUPAYA SEMANGAT TERUS BIKIN CERITA... DENGAN CARA VOTE+ KOMEN BANYAK!!

FOLLOW IG: ur.esaa

NANTI NEXT STORY BAKAL UP DAN DIINFOKAN DISANA!!!💙💙

SELAMAT MEMBACA....


•••••••••••••

Dalam mobil, suasana tampak hening. Atlas fokus menyetir, dan Awan yang tak mau membuka suara. Sedetik matanya memejam menahan rasa ngilu di punggungnya. Ia mencoba menahan rintihannya agar tidak didengar oleh Atlas.

"Masih sakit??" Suara itu membuat Awan menoleh kesamping, dan mendapati Atlas sedang menatapnya lewat kaca depan.

Awan menggeleng "Oh, enggak. Udah mendingan kok."

"Sorry."

"Nggak apa-apa, jangan bilang maaf terus. Aku nggak suka." Ucap Awan.

Kalau dipikir-pikir rasa sakit yang dialaminya sekarang masih belum seberapa, bila dibandingkan dengan luka-luka yang ia dapatkan dari ayahnya.

"Lo punya pembantu kan di rumah?" Tanya Atlas.

"Enggak. Di rumah cuma ada aku sama papa."

"Apa perlu gue bawain pembantu gue, buat jagain lo dirumah?"

"Enggak usah!"

"Terus nanti siapa yang bantuin lo ganti perban? Ganti baju?"

"Aku bisa sendiri Atlas. Kamu tenang aja." Tegas Awan.

Beberapa menit dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai di depan gerbang rumah Awan. Awan termenung sebentar di dalam mobil, memandangi rumahnya dari luar. Rumah indah namun terasa seperti neraka baginya.

Entah kapan ia bisa tersenyum bebas, tanpa harus mengingat-ingat kejadian di rumah. Tanpa harus merasa sakit tiap hari, tanpa harus memikirkan besok makan apa, uangnya cukup enggak. Tanpa harus melihat papanya marah-marah setiap hari.

Hatinya terasa seperti vas bunga yang dilemparkan dengan kuat. Hancur berkeping-keping.

"Hustt...kesambet lo ngelamun terus!"

Awan terlonjak kaget. "Eh maaf maaf."

Atlas menyadari gerak gerik Awan yang tampak aneh. Gadis itu selalu tampak ceria disekolah, tapi ketika melihat rumahnya, Awan tampak sedih dan tak bersemangat lagi. Atlas jadi makin penasaran.

"Rumah lo besar, kenapa lo nggak pake pembantu?" Tanya Atlas.

"Emm...papa ngajarin aku buat jadi orang mandiri. Makanya aku jadi terbiasa apa-apa sendiri." Alibinya.

Dalam hati, ia ingin berkata yang sejujurnya. "Aku gak akan bisa bayar gaji pembantunya. Papa gak pernah kasih aku uang." Batinnya.

"Oke, kalau gitu aku turun dulu ya. Makasih udah di anterin."

"Iya, gue balik dulu."

"Hati-hati Atlas."

Tak lama, Mobil Atlas langsung menjauhi Area rumahnya. Awan melambaikan tangannya, kemudian berjalan menunduk, memasuki gerbang rumahnya. Keheningan langsung merasuk ke jiwanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AWAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang