3. Protektif dan Peduli (1)

137 26 0
                                    

Pemuda bersurai pirang dengan setelan jas putih mengentakkan kaki tak sabaran ingin segera keluar dari gedung ini yang bahkan belum memulai acaranya. Jevan melirik arloji silver di pergelangan tangan kirinya, pukul 20.45, lima belas menit lagi ia harus memasuki ruangan untuk melakukan serangkaian acara pertunangan.

Tangan berurat itu menempelkan ponsel ke telinganya, nada bip beraturan terdengar sebelum seseorang di seberang telepon menyahutinya.

"Halo, tuan muda?" sapa Bima di seberang telepon.

Pria dewasa yang di telepon adalah salah satu pemimpin divisi yang ditugaskan oleh Yovani untuk mengatasi masalah Jevan.

"Udah sampai mana?" tanya Jevan tak sabaran.

Pria di seberang telepon terdengar menghela napas, berancang-ancang menjelaskan panjang lebar. Suaranya saru dengan derung kendaraan, "Postingan foto anda sebagian besar sudah kami hapus, sebagian lainnya masih dalam proses. Sumbernya sudah kami temukan. Dan issue anda yang berpotensi memasuki trending twitter sudah dialihkan dengan-"

"Okay cukup, sekarang cewek di foto itu gimana?" potong Jevan sembari menyandarkan punggungnya ke dinding.

"Saya dalam perjalanan menuju rumah gadis itu, tuan muda." Bima menjawab dengan nada bicara sopan yang terkesan dibuat-buat.

"Balik lagi! cewek itu biar gue yang urus. Lo beresin hal lainnya, jangan sampai fotonya masuk pemberitaan," cetus Jevan yang hampir saja memutus sambungan telepon.

"Orang saya akan mengurusnya setelah-"

"Bima! Sampai fotonya dilihat stakeholder... lo tau konsekuensinya, kan?" geram Jevan mengepalkan tangannya kuat-kuat, lalu memutus panggilan sepihak, "Anjing!" umpat Jevan.

Sementara, pria dewasa di seberang telepon itu membanting ponselnya. Hatinya memanas, Bima merasa dikalahkan oleh bocah SMA yang memerintahkannya pada hal yang belum sempat terlintas dipikirannya. Bodoh, Bima menendang jok mobil merasa harga dirinya diinjak-injak.

"Diam kamu!" titah Bima sedikit berteriak pada sopir yang cengengesan.

Sopir yang masih muda dan sebenarnya merupakan sopir pribadi Jevan itu berpura-pura tunduk, padahal dalam hati ingin sekali berbicara, "Rasain, kena juga kan lo! Gue udah tiga tahun ngerasain kayak gitu!"

***


Kamar tidur dengan cat biru muda dan dilengkapi furniture berwarna senada. Pemuda berkulit putih bersih itu terduduk menghadap meja belajar. Mengerjakan latihan soal fisika. Sebelah kanannya terdapat rak setinggi dua meter penuh dengan buku-buku pelajaran. Dan sebelah kirinya ada jam digital untuk menghitung kecepatannya mengerjakan soal.

Narel menyelesaikan soal terakhir tanpa kesulitan sama sekali. Beberapa detik setelahnya, jam digital berbunyi menandakan waktunya sudah habis. Narel mengambil benda itu dan mengaturnya ke angka lima belas menit. Laci meja belajar ditarik dan mengambil ponselnya dari sana.

Menghubungkan ponselnya dengan wifi lantas segera menghubungi kekasihnya. Padahal baru dua jam yang lalu Narel mengirim Karen pesan, namun rasanya ia sudah rindu berat. Pemuda yang memakai piyama putih itu dilema, jika berharap Karen belum tidur, ia sangat egois. Tapi, Narel juga ingin melihat wajah kekasihnya dulu sebagai support system dua jam lagi mengerjakan latihan soal.

malam cantik... :Narel
sayangnya narel udah tidur belum nihhh? :Narel

M E M A K U [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang