Nineteen

1K 112 19
                                    

Perlahan kedua kelopak milik Hyunsoo terbuka. Suasana kamar yang temaram menyambut penglihatannya. Hyunsoo menggaruk kecil pipinya yang tidak gatal.

Ia mengerjap beberapa kali hingga akhirnya tersadar. Seketika itu Hyunsoo terduduk dengan mata yang melebar.

Matanya memandang horor pada sesosok yang tengah terlelap di sebelahnya. Hyunsoo meneguk ludahnya kemudian menarik selimut untuk menutupi tubuhnya.

Ingin rasanya Hyunsoo berteriak, namun tidak mungkin. Ia tidak akan membangunkan pria itu setelah apa yang terjadi semalam. Ah, sial. Hyunsoo berulang kali menepuk kepalanya.

Setan sialan. Bisa-bisanya ia terhanyut oleh permainan pria ini. Hyunsoo ingin melemparkan umpatan dan berbagai cacian di hadapan Yoshi. Namun, sekali lagi tidak mungkin.

Bibir Hyunsoo melengkung ke bawah. Betapa bodohnya ia. Bukan ini yang ia rencanakan dari awal. Hyunsoo mendengus kasar.

Tangan Hyunsoo mengepal dan hendak melayangkan setidaknya satu tinjuan ke wajah lugu milik Yoshi yang tertidur, namun tertahan di udara.

Untuk sejenak Hyunsoo memejamkan matanya lalu mengatur nafas. Ia meraba bandul kalung yang melingkar di lehernya.

"Aku rasa kau terlalu besar kepala setelah aku berkata bahwa kalung ini sangat berharga bagiku," ucap Hyunsoo pelan, yang ia tujukan kepada Yoshi. Tatapan menusuk nan tajam ia layangkan kepada figur pria itu, "Ibumu menghancurkan keluarga ku sialan."

Hyunsoo turun dari ranjang lalu meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang.

***

Asahi menatap layar ponselnya sembari mengerjap pelan. Beberapa menit yang lalu sambungan teleponnya dengan Hyunsoo terputus. Gadis itu aneh. Tadi ia terdengar kaget saat mendengar suara Asahi lalu menanyakan apakah toko roti tempat Asahi bekerja buka hari ini, dan di akhir panggilan ia malah bilang bahwa ia salah sambung.

"Apa katanya?"

"Astaga!" Asahi mengelus dadanya saat tiba-tiba kepala Jaehyuk menyembul dari sampingnya. Ia menampar pelan pipi Jaehyuk kemudian melayangkan umpatan kepada Jaehyuk.

"Wow wow chill bro, tidak usah panik begitu. Baiklah, aku tidak akan menganggu. Nikmati kisah cintamu, Tuan Hamada" ujar Jaehyuk sembari membungkuk kepada Asahi.

"The hell bro?!"

***

Jeongwoo menyesap kopi hitam yang diberikan Jihoon. Saat ini mereka tengah berada di apartemen milik Jeongwoo. Jihoon tiba-tiba datang berkunjung ketika Jeongwoo baru saja pulang dari kampusnya.

Pemandangan kota yang padat dari atas balkon ini menemani siang hari yang hangat.

"Uhukk, astaga pahit sekali!" Jeongwoo mengernyit dalam sembari menjulurkan lidahnya. Ia menoleh kepada Jihoon yang hanya mengedikkan bahu.

"Kamu yang meminta, Adikku sayang." Jihoon mengambil tempat di sebelah Jeongwoo. Duduk sembari menyilangkan tangan, pandangannya menerawang ke atas hamparan langit nan cerah.

Jeongwoo mencebik kesal lalu menaruh cangkir itu ke atas meja. Ia ikut menatap langit yang hampa.

"Hyunsoo...." Jeongwoo mengalihkan pandangannya kepada Jihoon. Menanti kalimat Jihoon selanjutnya mengenai kakak kandungnya, "dia disakiti."

Kini Jeongwoo menghadap Jihoon sepenuhnya. Hatinya berdenyut bahkan saat hanya mendengar dua kata itu. Kakaknya disakiti dan ia tahu siapa pelakunya.

"Paman Park menyakiti Hyunsoo dan Ibumu, bahkan hingga Ibumu merenggang nyawa. Jadi maafkan Hyunsoo bila ia tidak mengingat mu, Jeongwoo. Aku tak sanggup membayangkan apa yang telah Paman Park lakukan padanya," ujar Jihoon sembari menghela nafas.

FIB || Kanemoto YoshinoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang