Twenty One

729 85 6
                                    

Di sinilah mereka sekarang, di apartemen Yoshi untuk meletakkan lukisan Hyunsoo sebelum pergi kencan seperti yang dibilang Yoshi.

Yoshi berjalan ke kamarnya sementara Hyunsoo ke dapur untuk mengambil segelas air. Tiba-tiba Hyunsoo merasa haus.

Jujur saja, ini adalah hari pertamanya, ya biasalah seorang wanita. Emosi yang dirasakan Hyunsoo sedang tidak stabil. Susah payah ia menahan amukannya terhadap Yoshi. Sungguh, sangat sulit untuk bertingkah tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya ia rasakan. Hyunsoo jadi geli sendiri.

Apalagi saat di studio tadi, Hyunsoo kesal ketika Yoshi menyentuhnya dengan seenak jidat. Memang membingungkan. Padahal mereka sudah melakukan yang lebih dari itu. Namun, karena tamunya baru saja datang, Hyunsoo benar-benar sensitif.

Di sisi lain, Yoshi baru saja selesai memajang lukisan Hyunsoo di kamarnya. Ia tersenyum kecil lalu keluar dari kamarnya.

Yoshi mencari keberadaan Hyunsoo dan menemukan gadis itu di dapur. Seperti biasa, Yoshi menghampiri Hyunsoo lalu memeluk wanita itu dari belakang.

"Rasanya aku ingin cepat-cepat menikah. What do you think?" tanya Yoshi yang membuat Hyunsoo jengah.

"Singkirkan tanganmu and stop talking nonsense," balas Hyunsoo sembari menyingkirkan tangan Yoshi dari pinggangnya.

Hyunsoo menaruh gelasnya ke wastafel, sementara Yoshi hanya mengamati pergerakan wanita itu. Senyum kecil tersungging di bibir Yoshi.

"What's wrong? Lagipula kita akan berkencan," Yoshi berjalan menuju balkon apartemennya, "hari yang bagus untuk berkencan, bahkan semesta pun mendukung, Hyunsoo."

Helaan nafas keluar dari mulut Hyunsoo. Sepertinya ia harus menghentikan pembicaraan mereka ini, kalau ia tidak mau mendapat perlakuan kasar dari Yoshi karena selalu membantah.

Tentu saja Hyunsoo sudah menolak ajakan Yoshi tersebut dan bodohnya Hyunsoo tahu penolakannya juga akan ditolak. Yang dimana artinya ia harus menerima segala keputusan Yoshi. Haha, sudah biasa.

"Come on babe, let's grab some ice cream!" Yoshi menggenggam tangan Hyunsoo lalu membawa wanita itu keluar apartemennya.

Hyunsoo berdecak dalam hati, untuk kesekian kalinya ia terpaksa. Hyunsoo mengikuti langkah Yoshi yang setia menggenggamnya.

Ingin Hyunsoo lepas, tetapi ia mengurungi niatnya. It's not a good idea, ia pasti akan mendapat tatapan horor dari Yoshi nanti.

Tidak sampai sepuluh langkah mereka meninggalkan kawasan apartemen, ponsel Yoshi tiba-tiba berdering. Yoshi merogoh sakunya lalu memeriksa sang penelepon.

Genggaman mereka terlepas. Hyunsoo menatap raut Yoshi yang tiba-tiba berubah. Terdengar decakan dari pria itu.

Yoshi menatap Hyunsoo, "masuk."

Hanya itu lalu Yoshi pergi meninggalkan Hyunsoo entah kemana. Hyunsoo mengerjap pelan. Apa maksudnya ini? Apa mereka tidak jadi err— kencan? Wah, syukurlah.

Hyunsoo bernafas lega. Bukannya kembali ke apartemen, Hyunsoo melangkahkan kakinya ke toko roti di seberang, tempat dimana Asahi bekerja. Ah, sudah lama saja rasanya ia tidak ke sana.

***

"Padahal kamu gak perlu melakukan ini, but thanks. Aku terima rotinya dengan senang hati," ucap Hyunsoo setelah ditawari sebuah roti almond secara gratis oleh Asahi. Hyunsoo hanya membeli sebuah roti karamel tadinya. Saat membayar di kasir, Asahi malah menawarkan roti dengan rasa yang berbeda kepadanya. Ya sudah, untuk apa ditolak.

Asahi mengulas senyum tipis, membuat Hyunsoo terkejut melihatnya.

"Wah, apa itu? Ternyata kamu manusia ya? Aku kira kamu gak bisa tersenyum sama sekali." Hyunsoo bertepuk tangan seakan takjub dengan apa yang terjadi barusan.

FIB || Kanemoto YoshinoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang