Fifteen

1.3K 175 19
                                    

"Kak, kenapa?"

Suara Jeongwoo membuat Hyunsoo tersadar dan segera mengalihkan pandangannya dari Yoshi. Ia menatap Jeongwoo dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kamu sudah kelewatan jika ingin menipuku, Jeongwoo." Lirih Hyunsoo. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit, dadanyapun begitu. Ia ingin pergi dari tempat ini sesegera mungkin, namun melihat Yoshi yang ada di sana membuat Hyunsoo bingung.

Jika ia keluar sekarang, tentu Yoshi akan menyadari keberadaannya dan pria itu pasti akan marah karena sebelumnya ia sudah memperingati Hyunsoo untuk tidak pergi kemana-mana.

Argh, harusnya Hyunsoo tidak menyetujui ajakan dari Jisung. Sepertinya ia akan bertemu masalah besar.

Jeongwoo memegang kedua bahu Hyunsoo, "kak, aku tidak berbohong sama sekali. Saat aku baru berumur 3 tahun ibu menitipkan aku dengan kakek. Aku gak tahu apa yang ayah lakukan hingga kakak bisa melupakan fakta bahwa kakak memiliki seorang adik. Aku bahkan mendengar kabar kematian ibu setelah dua bulan kepergiannya. Aku... Aku bahkan gak merasakan kasih sayang kedua orangtuaku. Kakek selalu memberiku fotomu agar aku terus mengingatmu, makanya aku bisa mengenalimu saat pertama kali kita bertemu. Namun, anehnya kakek tidak pernah memberitahuku kabar ibu ataupun ayah. Apa yang sebenarnya terjadi kak?"

Penjelasan panjang yang diberikan Jeongwoo membuat kepala Hyunsoo bertambah pening. Nafasnya mulai memburu dengan mata yang memanas.

Ia menumpukan satu tangannya pada dada Jeongwoo. Rasanya ia akan tumbang saat itu juga.

"B—bawa aku pergi dari sini," ucap Hyunsoo mulai menitikkan air matanya. Sebisa mungkin ia menahan isakannya.

Selalu seperti ini jika sudah menyangkut 'keluarganya'. Hyunsoo kira ia bisa melarikan diri sejenak, akan tetapi ia malah bertemu satu fakta lain yang selama ini disembunyikan darinya.

Entahlah, Hyunsoo rasa Jeongwoo memang tidak berbohong. Mata laki-laki ini menyiratkan kepedihan yang berusaha ia pendam.

"Baiklah,"

***

"Kakak mau ke apartemenku atau ingin menemui kakek?" Tanya Jeongwoo dengan pandangan lurus ke jalanan.

Sesekali ia melirik Hyunsoo yang menatap kosong ke depan. Jeongwoo merasa terpukul melihat keadaan kakaknya yang seperti itu. Ia fikir, suatu saat jika ia akhirnya dapat bertemu dengan kakaknya ia bisa mengadu layaknya seorang adik kecil. Ia kira, ia bisa merasakan kehangatan seorang kakak kepada adik.

Namun, melihat kondisi Hyunsoo yang linglung dan tak mengingat apa-apa membuatnya marah, terlebih lagi pada ayahnya. Kakaknya itu tampak memikul banyak rasa sakit di punggungnya. Sepertinya untuk saat ini ia yang akan berperan sebagai seorang kakak untuk Hyunsoo, kakaknya itu lebih membutuhkan sandaran.

"Bawa aku ke apartemenku saja, tempat dimana kita pertama kali bertemu." Balas Hyunsoo tak menoleh sedikitpun ke Jeongwoo.

"Kakak yakin kakak tidak—"

"Aku mohon..." Lirih Hyunsoo membungkam mulut Jeongwoo.

Jeongwoo menghela nafas pelan. Ia melirik Hyunsoo yang mulai meneteskan air mata lagi.

"Baiklah, kakak bisa menangis sepuasnya. Aku ada di sini kak, kamu bisa bersandar padaku." Ucap Jeongwoo dengan senyuman kecil. Tangannya mengusap pelan surai Hyunsoo.

Kini pandangan Hyunsoo sepenuhnya beralih ke Jeongwoo. Ia dapat merasakan ketulusan dari sikap Jeongwoo. Oh tidak, pertahanannya runtuh. Hyunsoo tidak dapat menahannya lagi.

FIB || Kanemoto YoshinoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang