Bagian 5

2.1K 233 9
                                    

Pagi itu cuaca sedang tidak bersahabat. Sejak subuh tadi gemuruh petir sudah bersahutan disertakan angin, dan setelahnya rintik hujan terdengar turun deras menyapa bumi.

Jika tengah menghadapi cuaca seperti ini rasanya enggan atau tidak niat sama sekali meninggalkan rumah untuk melakukan kegiatan di luar. Kasur dan selimut tebal, seperti magnet yang dengan senang hati menarik manusia untuk lebih lama bergelung nyaman di alam mimpi.

Namun seakan kenyataan menampar keras seorang pemuda yang sekarang duduk di atas boncengan motor sambil menyandar pada punggung lelaki yang ada di depannya. Mau tidak mau ia meninggalkan kasur dan selimut favoritnya, mau tidak mau ia menjalani kewajibannya sebagai murid di sekolah. Ya, meski terpaksa.

Hoodie oversize yang membalut tubuhnya ia biarkan menenggelami tubuh kecilnya. Asalkan seragamnya tak basah itu tidak masalah.

Tak terasa motor yang di tumpanginya sudah sampai di parkiran sekolah, pemuda itu segera turun dan hendak melepas hoodie abu-abu yang ia kenakan. Namun pergerakan itu di hentikan oleh lelaki yang bersamanya.

"Pake sampe kelas! Masih gerimis, entar lo pilek."

Mutlak. Pemuda itu mendengus malas meski tetap mengiyakan perintah lelaki yang merangkap sebagai kakaknya itu. Memang benar masih gerimis, dirinya yang sensitif dengan air hujan pasti akan flu dalam waktu cepat.

"Lo nyuruh gue pake ini, nah lo pake apa?" sahutnya setelah lama diam. Melihat lelaki itu hanya memakai kaos oblong putih yang lebih muda terlihat bingung. Namun sang kakak tidak menggubris, malah ia membuka bagasi motornya dan mengambil kantong plastik hitam di sana.

"Gue nggak goblok kayak lo." Ucapnya dengan senyum menyebalkan lalu meninggalkan pemuda itu sendirian di parkiran.

"FAJAR BANGSATTT!!!"

Jika bisa insecure, maka petir akan mengalami hal itu ketika suara teriakan Senja menggema menerobos seakan ingin mengalahkan suara mengerikannya.

🌼

"Orang gila!"

Hujat seorang pemuda yang duduk di kursi barisan paling ujung setelah mendapati teman sebangku sekaligus sahabat sejak sekolah dasar nya itu cekikikan sendiri sambil masuk ke kelas.

Spontan tawa itu terhenti, berganti dengan dengusan malas. "Netizen lo?."

"Seragam lo kemana, anjir? Dateng sekolah make kaos sama celananya doang, sekolah Nenek?!"

"Masih pagi, pending dulu acara ngomel-ngomel lo. Di dalem tas, gue plastikin biar gak basah." Jelas lelaki itu terlampau lelah dengan mulut bawel sang teman.

"Oh, emang gak pake hoodie?"

Yang ditanya menggeleng kecil, "Anja yang pake," sang sahabat kembali mengangguk faham, "sayang adek, sayang adek." Ledeknya kemudian.

"Ge ..."

"Apa sayang? Hmm?"

"Gue sumpal buku mulut lo, mau?"

Jika Fajar mengawali kedatangannya ke kelas dengan tawa, maka Senja lain lagi.

Pemuda itu masih mengumpati sang kakak yang tadi meninggalkannya di parkiran seorang diri. Sambil berjalan mulutnya terus menggerutu menyerapahi Fajar.

"Awas aja si tiang, gue loakin hoodie nya baru tau!"

Sedang asik menggerutu hingga tak memperhatikan keadaan koridor, ketika Senja berbelok, ia bertabrakan dengan seseorang.

Bruk!

"Aduh!"

Keduanya sama sama tersungkur kebelakang, mengusap dahi yang sempat beradu sambil meringis.

[END] To My Star | HeeJayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang