"Lo mau bunuh orang?"
Entah sudah berapa menit Senja duduk di brankar uks sambil mendengarkan ocehan-ocehan sang kakak yang tengah mengobati luka lecet di jemarinya, yang jelas kini dirinya tengah menyusun rencana agar bisa menghindar dari omelan Fajar juga pertanyaan-pertanyaan Sonia sepulang nanti.
"Pak Tara bakal nyidang lo berdua, jelasin semua yang terjadi tanpa menutup-nutupi. Gue nggak mau kalau sampai lo di skors."
"Makanya Fajar yang baik hati, murid kesayangan semua guru, bantu gue ya supaya bebas dari ancaman skorsing."
"Lo pikir gue anak pemilik sekolah?!"
"Lo Kakak gue yang bisa ngelakuin apapun. Jadi gue percaya lo bisa bantu."
Fajar memutar matanya malas, Senjanya selalu manja dan semena-mena ketika menghadapi hal yang akan menjadi tanggung jawabnya membuat dirinya ikut pusing memikirkan jalan keluar yang harus ia ambil.
"Lo yang buat masalah, kenapa jadi gue yang pusing-pusing mikirin jalan keluar sih?"
"Lo kan Kakak gue. Fajar ... Kakak itu harus membela Adiknya dalam situasi genting seperti sekarang!"
"Tapi ulah lo sendiri kan?!"
Senja mempoutkan bibirnya. "Iya iya sorry."
"Lain kali denger kata gue. Jangan keras kepala Ja, gue nggak mau lo terlibat masalah kayak gini cuma karena perihal cinta monyet lo itu."
"Sembarangan cinta monyet!"
"Memang apa lagi?"
"Tau ah! Udah gue mau ke ruang Pak Tara." Senja menepis pelan tangan Fajar yang hendak membubuhkan obat merah pada lukanya, lelaki itu berjalan melewati sang kakak yang menatapnya sendu.
Hup!
Senja menoleh kala lengannya diraih oleh Fajar. "Jangan diulangi lagi, gue nggak suka liat lo terluka." Sejenak dirinya termenung mencerna ucapan Fajar, tetapi kemudian kepala pemuda itu mengangguk kecil kemudian berlalu pergi.
Fajar menghela napas sejenak lepas kepergian Senja, kemudian tatapan lelaki itu jatuh kepada Sajiwa yang tengah berbaring usai mendapat pengobatan dari dokter yang bertugas.
"Gue harap lo cepet jelasin semuanya dan perbaiki hubungan pertemanan kalian. Senja mungkin manusia keras kepala, tapi batu pun akan lapuk bila terus dihujam air. Lo ngerti maksud gue, kan?"
Sajiwa yang memang sejak awal tidak tertidur dan menguping pembicaraan dua saudara itu pun mulai membuka matanya dan menoleh ke arah Fajar.
"Lo tau tentang gue dan Ziya?"
Fajar menaikkan bahunya. "Gue emang terlalu cuek. Tapi beberapa kali liat interaksi kalian yang cukup dekat, buat gue berasumsi kalau kalian ... ya itulah."
"Kenapa lo nggak ngadu ke Senja dari awal sih, Jar?"
"Setelah itu ngebiarin dia sakit? kecewa untuk kedua kalinya? Gue nggak mau ngeliat dia terpuruk seperti dulu lagi, meski akhirnya hal ini terjadi juga."
"Sorry, gue udah jahat sama orang yang lo cinta. Gue-"
"Jangan sama gue. Lo minta maaf ke dia."
"Kasih gue waktu, Jar. Saat ini gue terlalu takut buat ngomong sama Senja." Fajar dapat melihat jelas gurat khawatir yang terpampang di wajah Sajiwa. Pemuda itu menghela napasnya lagi. Jika bisa berasap mungkin kepalanya akan mengelurkan asap sekarang juga akibat memikirkan masalah adiknya dengan pemuda di hadapannya sekarang.
"Kalau lo berani bertindak, lo juga harus berani tanggung jawab atas konsekuensinya, Jiwa." Pemuda itu menepuk bahu Sajiwa kemudian melenggang keluar.
Namun, hal yang tak di sangka-sangka membuat tubuh lelaki itu mematung di ambang pintu. Melihat Senja yang berdiri di sana dengan pandangan lurus kepadanya membuat lelaki itu terkejut bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] To My Star | HeeJay
Fanfiction"Terlalu digenggam, hingga keduanya berakhir terjerumus dalam lingkaran yang paling berbahaya." ---- Warning! ⚠ • Boyslove. • Bromance. • HeeJay area. Homophobic jangan salah alamat. Start : 03 Juni 2022 End : 26 Juli 2022