Bagian 14

1.5K 198 21
                                    

Sudah menginjak hari keempat belas pasca Fajar mengutarakan perasaan miliknya pada sang adik, dan sejak itu pula Senja seakan ingin menjauh darinya.

Pemuda itu lebih memilih pergi dengan Sajiwa. Fajar sudah menebak mereka telah berbaikan setelah Fajar melihat sendiri Sajiwa mendekati Senja di lapangan usai kelas mereka melakukan olahraga volly, Sajiwa meminta maaf padanya dengan tulus, Fajar dapat memastikannya, dan lelaki itu berhasil mendapatkan maaf dari sang adik meski mereka harus berdebat dahulu.

Sejak itu, Fajar memperhatikan Sajiwa tidak lagi seperti orang linglung. Pemuda itu menunjukkan perubahan, ia maupun Ziya kembali dekat dengan Senja, bahkan mereka sering menghabiskan waktu bersama.

Fajar ikut tenang melihatnya, tetapi juga merasa sedih karena ia tidak bisa melakukan apapun sekarang.

"Fajar?"

Lelaki yang dipanggil namanya menoleh ke sumber suara, mendapati seorang gadis yang menjadi temannya sejak ia tak lagi bersama sang adik. Dia Disty.

"Udah?" Disty duduk di kursi samping si pemuda, memperhatikannya melipat kertas yang entah berisi apa.

"Masih ada yang mau di beli?" pertanyaannya mendapat gelengan dari si gadis, Fajar pun mengangguk lalu bangkit berdiri usai memasukan kertas tadi ke dalam tas. "Ayo balik, Bunda bakal kelimpungan kalo gue telat setor muka ke rumah."

Disty tergelak merespon ucapan Fajar. "Nggak disangka, cowok kayak lo ternyata anak Mama juga."

Fajar berdecak mendapat ejekan demikian dari si gadis, malas menjawab lagi lelaki itu menarik lengan mungil tersebut, menyeretnya bak anak kambing ke parkiran.

"Serius langsung balik?" Fajar menatap lawan bicaranya lewat pantulan spion motor.

Disty tak jauh beda dengannya, ia menatap Fajar dengan kernyitan di dahi. "Lah, kan lo yang bilang takut Bunda nyariin?"

"Ck. Makan dulu lah, yok!" cakap Fajar sambil menghidupkan motornya.

"Dimana?"

"Ada deh, ikut aja entar juga tau."

"Ya udah cepet! gue juga gak boleh pulang telat sama Papa!"

"Ha ha ... ternyata lo sama aja."

"Nggak jauh beda, jangan-jangan kita jo...?"

"Mblo!"

Sebuah pukulan kecil di bahunya Fajar rasakan, pemuda itu meringis kemudian tertawa mengejek gadis yang di boncengnya.

Mereka memang sudah dekat, bahkan lebih dekat di banding dulu. Bertanya apakah ada hubungan khusus di antara keduanya? tidak, Fajar tidak menginginkan hubungan apapun yang terjalin bersama Disty. Pemuda itu sudah menjelaskan kepadanya saat mereka bertemu di taman waktu lalu.

Sejujurnya Disty merasakan sakit yang teramat di hati. Cintanya tak dibalas oleh si orang pertama. Ya, Fajar adalah cinta pertama Disty sejak mereka masih menjadi murid baru di sekolah. Mimpinya untuk memiliki hubungan lebih erat daripada teman bersama Fajar seketika pupus, harapan Disty sirna dalam sekejap. Perasaan yang selalu membuatnya bahagia dan bermimpi, seketika menampar telak dirinya.

Tidak, Disty tidak membenci atau bahkan langsung menjaga jarak dengan Fajar. Gadis itu memahami si pemuda, dan baginya cinta pun bukan sesuatu yang harus di paksakan. Dan Disty tidak ingin menjadi gadis yang buruk hanya karena cinta. Disty masih tahu diri, bahwa cintaFajar memang bukan untuknya, melainkan untuk seseorang yang bahkan membuat Disty tertawa dengan airmata mengalir ketika mengetahuinya.

"Takdir kalian terlalu mengejutkan, sampe mau jantungan rasanya gue setelah tau."

Fajar mengernyit bingung melihat Disty di hadapannya melamun sambil mengaduk-aduk nasi gorengnya tanpa berminat untuk disantap.

[END] To My Star | HeeJayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang