Bagian 6

1.6K 237 16
                                    

Kaki jenjang yang di balut kaus kaki putih serta sepatu kets hitam itu melangkah ribut menyusuri lorong sekolah yang tertuju pada lapangan basket.

Terik matahari seakan membakar objek yang ada di hadapannya, namun sama sekali tidak mengusik siswa-siswa yang asyik berlarian saling mengejar dan memperebutkan benda bulat berwarna oranye di lapangan.

Senja sudah berdiri di sisi lapangan, mengamati sang kakak yang masih mengoper bola ke rekan teamnya, lalu bersorak heboh sambil mengangkat tangan ke udara ketika ia berhasil memasukkan bola ke dalam ring basket lawan dengan mulus.

Senja tersenyum ketika Fajar mulai menyadari keberadaannya. Dia melambai, lalu berlari menghampiri sang adik dengan rambut serta wajah yang basah karena keringat.

"Udah makan?" tanya Fajar usai mengambil botol air mineral yang Senja berikan.

Senja menggeleng, mengambil sapu tangan yang di bawanya, kemudian mengelap wajah dan leher kakaknya. Senja memang selalu begitu, dan Fajar sama sekali tidak risih oleh perlakuan adiknya.

"Kok geleng?" Fajar mengerutkan keningnya, sekilas ia melihat rinjing makanan yang pagi tadi Sonia siapkan untuk mereka di genggaman Senja.

"Dari bel istirahat gue langsung ke sini." Senja menyahut sambil menyimpan kembali sapu tangannya di saku celana.

Fajar membulatkan bibir sambil mengangguk. "Oh, pantes." Kemudian lengan kokohnya merangkul bahu Senja, ia menoleh sebentar ke belakang.

"Bro, duluan." sahut Fajar berpamit pada teman-temannya yang tengah berkumpul tak jauh dari tempat kakak-adik itu berdiri.

Mereka menoleh, dan salah satunya merespon.

"Duh, senangnya yang di perhatiin tiap hari sama adik." teman Fajar yang satu itu memang jahil. Suka menggoda kala mendapati Senja dan Fajar berinteraksi cukup hangat. "Kalo lo cewek udah gue pacarin lo, Ja!" Lanjutnya yang seketika membuat Fajar ingin menepuk bibirnya dengan buku tebal.

"Jaga mulut lo, sat! Andaikan adik gue perempuan pun nggak bakal gue izinin intan berlian pacaran sama debu lapangan kayak lo!" responnya pedas kemudian membawa Senja pergi menjauh dari teman-temannya. Tak perduli kala lelaki yang dikata 'debu lapangan' olehnya itu berteriak kesal.

"MULAI DETIK INI GEO DAN FAJAR RESMI KEMUSUHAN! AWAS LO MINTA NYONTEK BAHASA SUNDA LAGI KE GUE!"

Mendengar itu Fajar hanya tersenyum miring. "Masih ada Abian, ngapain gak di manfaatin. Ya kan?"

Lantas kemudian cubitan kecil Fajar dapatkan di pinggangnya. Senja yang melakukan.

"Diem-diem licik juga lo!" hujat sang adik.

Fajar tidak tersinggung, malah ia tergelak cukup keras hingga menjadi pusat perhatian oleh beberapa murid yang ada di lorong sekolah.

Selama perjalanan mereka berbincang kecil, kemudian kembali hening seiring Senja mengingat sesuatu.

"Oh iya, Jar."

"Hm?" Fajar kembali memusatkan tatapannya pada sang adik.

"Ternyata Ziya masuk kelas gue."

"Terus?"

"Ya kita temenan lagi kayak dulu," keduanya sampai di tempat langganan mereka ketika pergi istirahat bersama. Taman kecil depan gedung praktik.

"Temenan aja?" tanya Fajar seraya duduk di bangku taman tersebut. Senja mengikuti duduk di sampingnya.

"Y-ya ..."

"Jawaban lo nggak meyakinkan."

"Gue nggak yakin kalau proses move on gue bakal lancar kalau begini jadinya." cakap Senja diiringi cengiran yang membuat kedua matanya tenggelam dan membentuk bulan sabit.

Entah, saat itu apakah hanya perasaannya atau memang nyata, bahwa sorot mata Fajar yang tadinya terlihat biasa aja kini berganti dengan tatapan banyak arti, atau bisa kita simpulkan,

tidak suka?

"Lemah." Sang kakak mencibir.

"Bukan lemah anjir, tapi-"

"Harusnya lo mudah buat move on setelah apa yang dia lakuin ke lo dulu. Ini malah ..." Fajar tidak melanjutkan ucapannya, lelaki itu menggelengkan kepala.

"Ya gue kan bukan lo!"

"Maksudnya?"

"Gampang move on. Tiga tahun dia jadi pacar gue jadi wajar aja lah!" ucap Senja seakan membela diri.

"Iya-iya terserah. Nih, makan. Lo rese kalau lagi laper!" yang lebih tua akhirnya mengalah, ia mendorong kotak nasi milik adiknya kemudian mulai sibuk dengan makan siangnya sendiri.

"Jar ..."

"Hm?"

"Seandainya Ziya ngajak balikan gimana?"

"Dulu dia pernah buat lo sakit hati sampe nangis habisin satu kotak tisu, dan sekarang lo tanya hal itu?"

"Kan masih seandainya, Jar."

Fajar menghentikan makannya, lepas minum lelaki itu menatap dalam netra sang adik. Satu tangannya meraih jemari Senja yang bebas untuk di genggam.

"Gue nggak mau lo sakit untuk kedua kalinya dengan orang yang sama pula, Ja. Sampai sini faham?"

Fajar dan tatapannya semacam sihir yang selalu mampu membungkam bibir Senja. Tanpa persetujuan, kepala yang lebih muda mengangguk begitu saja menyetujui ucapan sang kakak.


- t b c -

Aku update terus ya? Bosen ga sih kalian ketemu aku terus? Wkwk :'v oh! Kalau ada typo mohon di koreksi, oke? Terima kasih, happy reading ❤

[END] To My Star | HeeJayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang