Flashback on.
Di sinilah Senja dan Ziya berada, duduk berdua di bawah pohon taman kota sambil memandangi anak-anak kecil bermain. Senja tertawa kecil melihat salah satu anak tengah kesusahan belajar skateboard, dirinya sendiri teringat masa kecil yang sangat menginginkan belajar permainan itu namun sang ibu yang protektif terhadap anak-anaknya tidak mengizinkan.
"Mau?" Ziya menyodorkan permen kapas ke depan wajah Senja, namun lelaki itu menggeleng sambil memalingkan wajah. Ziya tertawa, berhasil mengerjai sahabatnya yang memang tidak menyukai makanan itu.
"Kenapa sih? Enak tau, manis."
"Manisan lo ketimbang permen itu."
Ziya melirik Senja di sampingnya. "Gombal. Sayang, gue nggak mempan sama gombalan lo." kini Giliran Senja yang tertawa mendengar tanggapan gadis di sampingnya.
"Zi."
"Hm." Ziya menggumam sebagai jawabannya. Senja memasang wajah serius menatap Ziya dari arah samping. "Gue nggak mau ngulang pernyataan ini, jadi lo dengerin baik-baik ya?"
Ziya yang merasakan jantungnya berdetak tak karuan, memberanikan diri menatap pemuda di sampingnya. Gadis itu mengangguk kaku sebagai jawaban.
"Ayo balikan, kita mulai hubungan baru lagi."
"Ja ..."
"Gue masih sayang lo, Ziya."
"Tapi gue udah sakitin lo."
Senja menggeleng kecil. "Lupain kenangan yang pahit, sekarang kita bangun hubungan yang baru ya? Lo mau kan?"
Sayang, tanpa mereka sadari ada seseorang yang tengah memperhatikan keduanya beberapa meter dari kursi taman. Lelaki itu menatap nanar keduanya. "Kenapa lo nggak pernah belajar dari masa lalu sih, Ja."
Kembali pada dua insan yang tengah membahas perihal hubungan yang tengah diperjuangkan, Ziya tak kunjung memberikan jawaban pasti hingga sebuah handphone yang terletak di antara keduanya berbunyi dan menampilkan wajah seorang pemuda yang jauh dari kata asing bagi Senja.
"Kenapa nggak diangkat?" tanya Senja usai dering handphone itu terhenti.
"Nggak apa-apa. Gue kan lagi berdua sama lo."
Senja tersenyum. "Lo ada janji kan sama Jiwa, ayo pulang biar gue anter."
Ziya mendongak, meraih lengan Senja menghentikan pemuda itu. "Lo nggak mau denger jawaban gue dulu?"
Senja menangguk. "Jadi?"
"Gue mau."
Dapat dirinya lihat, Senja yang tersenyum bahagia. Senja yang menarik gadisnya ke dalam pelukan hangat. Senja yang kembali mendapatkan cintanya. Lelaki itu tersenyum getir kemudian meninggalkan tempat tersebut bersama motornya.
"Bego. Seharusnya gue memang nggak boleh ngebiarin rasa ini semakin tumbuh."
Namun setelahnya Fajar hanya tahu Senja sudah bahagia mendapatkan cintanya lagi. Tanpa mengetahui jalan cerita selanjutnya yang membuat sang adik akhirnya mengurung diri.
Sore itu ketika Senja mengantar Ziya ke rumahnya, di sana sudah ada Sajiwa. Duduk bersama ayah dan ibu gadisnya. Ziya mengajaknya untuk mampir, Senja pun tidak ingin menolak. Lepas kepergian Ziya dan orang tuanya ke dalam rumah, tidak ada satu obrolan pun yang keluar, Senja tidak ingin bertanya perihal janji keduanya untuk pergi, Sajiwa pun tidak ingin bertanya mengapa keduanya bisa pulang bersama. Mereka saling diam hingga kemudian Senja lebih dulu pamit kepada sahabatnya itu. Dia tidak ingin berada lama-lama dalam situasi canggung tersebut.
Hingga hari demi hari berlalu, lambat laun sesuatu yang tengah disembunyikan pun akhirnya terungkap.
Lama menunggu Sajiwa kembali dari kantin membawa makanan untuknya, Senja yang tak sabar pun memutuskan untuk menyusul sahabatnya itu. Namun saat berbelok ke arah lapangan, kedua mata Senja menangkap sesuatu yang lain. Senja melihat Sajiwa dan Ziya sedang duduk di kursi pinggir lapangan sepi itu.
Senja tersenyum, ternyata sahabatnya tengah mengobrol berdua. Senja bergegas mempercepat langkahnya karena hendak bergabung dengan keduanya.
Namun, Senja menghentikan langkahnya saat salah satu dari mereka berdua menyebut namanya.
"Tapi aku nggak bisa jujur sekarang, aku nggak bisa!" ucap Ziya. "Aku nggak mau nyakitin perasaan Senja lagi."
"Nggak ada cara lain, Ziya! Sampai kapan kita kayak gini, sembunyi-sembunyi di belakang Senja? Lebih baik kita jujur sebelum terlambat." Jawab Sajiwa dengan wajah cemas.
"Kasih waktu aku untuk ngomong empat mata sama Senja. Aku butuh keberanian untuk ngomong semua ini sama dia." Mata gadis itu berkaca-kaca saat menundukkan kepala. "Aku ngerasa jahat sama Senja. Aku udah khianatin dia untuk yang kedua kalinya. Aku-"
"Hei!" Sajiwa meraih kedua tangan gadis itu dan mengusapnya lembut. "Bukan cuma kamu yang ngerasa bersalah, tapi aku juga. Aku ngerasa udah nusuk sahabat aku dari belakang. Bukan kamu aja, Ziya."
Merasa sedih melihat gadisnya menangis, Sajiwa membawa Ziya ke dalam rengkuhannya, membiarkan gadis itu menangis mencoba melepaskan beban yang membelenggu dirinya juga Sajiwa beberapa hari terakhir.
Di sudut lain Senja mengepalkan tangan dengan wajah memerah. Dunianya seakan berhenti sejenak usai mendapati kenyataan bahwa gadis yang dicintainya memiliki hubungan dengan lelaki yang tak lain adalah sahabatnya sendiri. Dengan perasaan marah lelaki itu berbalik hendak meninggalkan lapangan tersebut, kemana saja asal dia dapat melampiaskan amarahnya.
Namun Ziya tidak sengaja melihat keberadaan Senja, gadis itu berlari mengejarnya bersama dengan Sajiwa.
"Senja!" Sajiwa berhasil meraih lengan sahabatnya itu, namun Senja menghempasnya kemudian mendorong lelaki tersebut hingga jatuh. "LEPAS!"
Bruk!
Senja mendekati Sajiwa yang tersungkur kemudian menarik kerah kemeja lelaki itu dan menghajar wajahnya. "Lo emang anjing!" sekali lagi ia layangkan pukulannya tepat pada wajah sang sahabat hingga meninggalkan bekas memar juga sudut bibir yang mengeluarkan darah. "Lo orang terburuk yang pernah gue kenal."
Sajiwa pasrah kala Senja kembali melayangkan tinjuan tanpa ingin membalasnya. Sedangkan Ziya kini menangis sambil membekap mulutnya sendiri. Gadis itu ingin melerai namun dirinya sangat takut melihat Senja yang terlihat seperti orang kalap.
"Sahabat macam apa lo?"
"Senja! Cukup, Ja!"
Senja menulikan pendengarannya, amarah kini mendominasi hatinya, banyak dari mereka yang mencoba memisahkan keduanya namun tenaga Senja cukup kuat untuk menyingkirkan mereka semua. Hingga pada akhirnya suara yang sangat ia kenali pemiliknya berhasil menghentikan tinjuan yang hendak ia layangkan kembali.
"ANJA CUKUP!"
Sejenak ia menatap nanar objek di bawahnya kemudian menoleh ke sumber suara. Pandangannya menangkap sosok Fajar yang berlari dengan wajah cemas ke arahnya bersama dengan Gio yang menyusul di belakang. Senja kembali menatap Sajiwa yang terkapar lemah kemudian menghempaskan tubuh lelaki itu dan beranjak berdiri. Tatapannya kini beralih pada gadis yang tengah menangis sambil bersimpuh.
"Zi. Baru beberapa hari yang lalu kita memperbaiki hubungan ini, kenapa sekarang ..." Senja memejamkan matanya kemudian berbalik. "Gue kecewa sama lo berdua." Senja menjadikan sebaris kalimat itu sebagai kata-kata terakhirnya sebelum dia meninggalkan lapangan mengabaikan tatapan tajam milik sang kakak yang seakan menghunus jauh ke dalam netranya. Senja tidak peduli, untuk saat ini Senja hanya ingin sendiri.
Flashback end.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] To My Star | HeeJay
Fanfic"Terlalu digenggam, hingga keduanya berakhir terjerumus dalam lingkaran yang paling berbahaya." ---- Warning! ⚠ • Boyslove. • Bromance. • HeeJay area. Homophobic jangan salah alamat. Start : 03 Juni 2022 End : 26 Juli 2022