Langit di luar nampak cerah, tirai putih nampak berkibar ketika angin berhembus, menari-nari dengan gemulai seakan menyambut gembira seorang pasien yang hari ini di perbolehkan pulang setelah menjalani perawatan hampir enam puluh hari lamanya.
Setelah dokter menyatakan kesembuhannya, dengan semangat Senja membantu sang ibu merapikan barang yang ia bawa selama tinggal di rumah sakit.
"Biar Bunda saja, kamu duduk di situ!" titah Sonia ketika melihat Senja mengangkat tas yang cukup berat dan berakhir terengah-engah.
Senja menyerah, lalu melepaskan tas itu kemudian duduk di kursi samping tempat tidurnya dulu. "Bunda, Fajar?"
Sonia tersentak, ucapan Senja yang tiba-tiba itu membuat tubuhnya seketika menegang. Sonia menghentikan aktivitasnya untuk kemudian menghampiri puteranya.
Wanita itu meraih bahu Senja, lalu memeluk puteranya. "Kakak kamu nggak bisa pulang sayang."
"Kenapa? Fajar belum bangun?" Sonia lantas melepas pelukan mereka, menggeleng kecil sambil menampilkan senyuman tipis. Tidak, bukan senyuman tanda bahagia. Ada yang berbeda dari bundanya, Senja merasakan hal itu.
"Bun-"
"Anja!" sela Sonia lebih dulu menatap lurus puteranya. "Ada satu hal yang perlu kamu tahu, ketika sampai di rumah nanti Bunda akan ceritakan."
Senja yang masih tidak mengerti dan berusaha mencari jawabannya pun hanya mampu mengangguk pasrah dan meraih uluran tangan sang ibu ketika mengajaknya keluar dan meninggalkan ruang tersebut. Ketika sampai di lobi rumah sakit, mereka berpapasan dengan Kenzi. Dokter muda tersebut menarik seulas senyum, lalu menghampiri bibi juga sepupunya tersebut.
"Selamat untuk kesembuhannya, setelah ini jangan sampai terulang lagi, ya?" Kenzi berucap kepada Senja.
Pemuda itu mengangguk semangat sambil tersenyum. "Makasih udah rawat Anja selama di rumah sakit, Kak. Titip Fajar ya, tadi sih mau jenguk dulu tapi dilarang Bunda katanya aku harus istirahat, jadi besok aku bakal balik lagi!"
Kenzi menyatukan alisnya, kemudian ia menatap Sonia dengan pandangan bingung. Samar Kenzi melihat Sonia menggeleng membuat dokter tersebut mengangguk faham. "Ya sudah. Setelah sampai rumah nanti langsung istirahat, obatnya jangan lupa diminum." Kenzi tersenyum kemudian mengusak pucuk kepala Senja.
"Kami pamit dulu Ken."
Pemuda itu mengangguk. "Hati-hati Aunty, maaf aku nggak antar."
"Pasien kamu lebih penting, Nak."
Usai berucap demikian Sonia dan Senja berjalan ke luar rumah sakit meninggalkan Kenzi yang memandang keduanya dengan tatapan sendu.
Setengah jam kemudian, mereka sampai di rumah. Senja langsung keluar dari taksi dan berlari masuk ke dalam rumahnya. Sonia hanya memperhatikan puteranya tersebut sambil tersenyum, tak habis fikir dirinya melihat tingkah sang anak yang terlihat lebih seperti anak kecil di banding remaja berusia 17 tahun. Usai membayar ongkos taksi, Sonia pun mengikuti Senja masuk ke rumah mereka.
"Istirahat dulu sayang!" titah Sonia mendapati Senja yang sudah duduk di sofa sambil memainkan ponselnya. Pemuda itu mengalihkan tatapannya pada sang ibu. "Bunda katanya mau cerita, kapan?"
"Besok deh, sekarang kamu istirahat aja." Senja menghela nafas sambil merotasikan matanya malas. "Besok kan mau jenguk Fajar?"
Sonia yang tengah mengeluarkan barang-barang dari dalam tas spontan menoleh. "Kamu belum sembuh total, sekarang istirahat!"
Mendengar Sonia berucap jauh lebih tegas penuh perintah, Senja menggigit bibirnya kemudian beranjak dari sofa untuk pergi ke kamarnya tanpa berucap sepatah kata lagi. Sonia memperhatikan tingkah puteranya pun hanya diam saja dan kembali merapikan barang-barang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] To My Star | HeeJay
Fanfiction"Terlalu digenggam, hingga keduanya berakhir terjerumus dalam lingkaran yang paling berbahaya." ---- Warning! ⚠ • Boyslove. • Bromance. • HeeJay area. Homophobic jangan salah alamat. Start : 03 Juni 2022 End : 26 Juli 2022