Truth The Untold

52 5 278
                                    


Sepanjang lorong rumah sakit, Sean tidak berhenti menangisi penyeselan kepada Arkan, yang dimana Arkan sudah ditangani oleh dokter. Juna, Sarah, dan Esa yang masih menemani Sean di rumah sakit sedangkan Zavier akan segera ke rumah sakit setelah menjemput Crystal.

"Sean...sudah yah, yakini sama hati lo bahwa kak Arkan pasti selamat. Lo tenangkan diri dulu" jelas Sarah masih merangkul Sean yang tidak berhenti menangis di kursi tunggu dengan khawatir.

"Ba...bagaimana.. kalau...hiks hiks..kak Arkan gak ada, Sar?. Gue gak mau ..hiks..hiks kehilangan yang kedua kalinya hiks" jelas Sean terbata-bata karna belum bisa menenangkan dirinya sendiri.

"Makanya tenangkan diri lo dulu, kita berdoa keselamatan kak Arkan sekarang. Kita butuh tuhan, Sean" jelas Sarah membuat Sean segera mengeratkan tangannya dan menutup matanya (gak ada unsur agama).

"Tuhan, maafkan diriku yang jarang berbicara denganmu setelah sekian lama sejak kematian mama. Bolehkah, diriku yang hina di matamu ini meminta keajaibanmu untuk selamatkan orang kesayanganku kedua kalinya sekarang?"

"Aku sangat bodoh, Tuhan. Aku terlalu buta mata dan hati untuk tidak melihat ketulusannya kepada diriku yang tidak berhak mendapatkan hal itu. Tetapi Tuhan,ku bersungguh-sungguh memohon kepadamu untuk selamatkan orang yang ku sayangi dan...Yah ku cintai Tuhan. Biarlah hanya Engkau dan aku yang tau masalah ini, biarkan waktu yang akan melengkapi ceritaku dan dengannya nanti. Aku bersungguh-sungguh Tuhan, tolong selamatkan dirinya. Dan aku berjanji untuk sering berbicara denganmu" ucap Sean dalam hati paling dalam mengungkapkan semuanya. Sean segera membuka matanya setelah seseorang menyebut namanya.

"Sean" panggil seseorang dengan tergesa-gesa.

"Bunda" ucap Sean lirih setelah melihat Bunda. Sean segera mau memeluk tapi terhenti...

PLAKK

Juna, Sarah, Esa dan diujung lorong yang melihat itu terkejut setelah Bunda Arkan menampar keras Sean.

"Bundaa" ucap lirih Sean tidak percaya sambil memegang pipinya yang sudah ditampar dan berusaha menahan air matanya.

"Kamu...kamu... Tolong jauhi anak saya sekarang. Kamu gara-gara kamu, anak Bunda satu-satunya kecelakaan karna dirimu. Kamu pengen Bunda bunuh diri Hah? Jawab Sean, kamu pengen Bunda bunuh diri setelah melihat anak-anak bunda tidak ada disisi Bunda lagi?" Tuduh Bunda Arkan sambil menunjuk ke muka Sean dengan terisak.

"Bundaa...hiks" ucap Sean lirih tidak bisa berkata-kata lagi. Bunda kesayangannya sudah membenci dirinya.

"Permisi tante, maaf saya menyela. Tante, saat ini bang Arkan masih di dalam dan dokter berusaha menyelamatkan bang Arkan. Tapi, tak seharusnya tante menuduh Sean seperti itu. Kejadian sebenarnya itu bang Arkan ditabrak lari oleh mobil yang tidak diketahui. Saya harap tante bisa menenangkan diri tante, dan saat ini bang Arkan butuh doa kita semua atas keselamatannya" jelas Esa setelah membawa Sean kebelakang tubuhnya setelah melihat Sean tidak berdaya dituduh tidak benar.

"Tapi, karna dirinya Anak saya jadi korban tabrak lari. Karna dirinya, Arkan repot-repot menjemput dirinya itu. Harusnya saya tahu kalau akhirnya seperti ini, seharusnya sudah dari 2 tahun lalu, saya membatalkan perjodohan itu dan saya tidak akan merestui dan mengizinkan lagi berhubungan dengan Arkan lagi. Ingat itu SEAN" ucap telak Bunda Arkan membuat Sean tambah terisak dibelakang Esa.

Saat Sean mau membalas perkataan Bunda Arkan, dokter yang sudah menindak lanjuti Arkan pun sudah keluar setelah 2 jam penanganan. Semua disana segera mendekati dokter tersebut.

Baddie GurlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang