“sukses tidak harus pintar matematika. Setiap orang punya standar kepintaran masing-masing”
••🕸••
"Kalian gak papa kan?" Tanya Akra kepada teman temannya"Dit, lo kenapa?" Tanya Oskar kepada Dito yang berbungkuk sambil memegangi perutnya
"AAARRGGH!" Teriak Dito seperti menahan sakit
"Kenapa lo?" Tanya Akra seraya berlari menghampiri Dito
"Panik gak? Panik gak?" Tanya Dito mendongakkan kepalanya kemudian cengar-cengir menatap Akra yang berekspresi kesal
"Sialan lo" Umpat Akra seraya menggeplak kepala belakang Dito
"Gue pikir lo udah sakaratul-" Ucapan Oskar terpotong ketika mulutnya disentil oleh Dito
"Sakit bangke!"
"Udah udah, yuk pulang" Ekal tiba tiba muncul dari belakang bersama Tari
Merekapun pergi dari sana mengendarai motornya menuju rumah masing masing
•••
Kini Yara memasuki Rumahnya dengan senyum manisnya dia sudah tidak sabar ingin memperlihatkan piala yang ia dapat kepada mamanya
"Mama!" Teriak Yara kepada mamanya yang sedang menuruni tangga dengan buru buru
"Bentar ma, Yara punya kabar gembira buat mama" Ucapnya seraya membuka resleting tasnya
"Yara menang lomba sains mah!" Pekik Yara kegirangan
"Wah anak mama memang pintar" Clara atau mama Yara mengelus kepala Yara seraya tersenyum
"Mama pergi dulu ya? Mama ada janji sama teman teman mama" Belum mendapatkan balasan dari Yara perempuan paruh baya itu pergi meninggalkan Yara yang sedang menahan geram
"AAARRRGH!" Teriak Yara frustasi
"INI GAK GUNA!" Teriaknya seraya melempar pialanya ke lantai
PRANG
Suara piala yang jatuh menggema di rumah itu membuat Mbok Sumi dan Dion kaget
"Aku rindu mama yang dulu, aku rindu mama yang peratian sama aku dan Dion, kenapa mama lebih mementingkan teman teman mama sama pekerjaan mama ketimbang aku sama Dion?" Tangis Yara pecah mengeluarkan semua isi hatinya pandangannya masih menatap pintu rumahnya yang tertutup rapat
Dari kejauhan Mbok Nuni dan Dion memperhatikan Yara dari jauh. Mbok Sumi tidak bisa apa apa wajar jika Yara seperti itu karna mama Yara sering keluyuran enatah kemana katanya kerja tapi orang kerja juga pasti ada istirahatnya
Namun mama Yara tidak dia pulang hanya untuk tidur, dan berganti pakaian sama sekali tidak pernah lagi bercanda sama Yara dan Dion tidak ada waktu untuk mereka berdua
Dengan langkah pelan kini Dion menghampiri kakaknya yang terduduk lemas di lantai
"Kak Yara.... " Panggil Dion lembut membuat Yara menoleh
Hati Dion begitu sakit melihat keadaan kakaknya. matanya sembab dengan pipi yang basah karena air mata
"Dion gak suka liat kak Yara nangis" Bocah yang berumur 7 tahun itu menghapus jejak air mata Yara
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambis
Teen Fiction[FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA] "Dunia itu tempatnya meninggalkan dan ditinggalkan. Karena pada intinya semua akan pergi jika sudah waktunya." [ cerita ini murni hasil fikiran saya. maaf jika ada kesamaan alur, nama tokoh, tempat, dan lain-lain]