"Tidak selamanya orang baik akan tetap baik."
-Akranangga Alenkara-••🕸••
Di parkiran sekolah yang lumayan padat itu, Akra dan teman-temannya duduk di atas motor sambil memperhatikan Yara dari kejauhan yang sedang mengobrol serius dengan Alden.
Sorot mata Akra memancar tak suka melihat pemandangan itu. Teman temannya pun saling tatap menatap menanyakan sikap Akra yang seperti itu. Biasanya kalau Yara mengobrol bersama laki laki, Akra tidak terlalu mempermasalahkannya.
"Kra? Lo kenapa? Kayak gak suka banget sama Alden." Tanya Ekal membuat Akra menoleh ke arahnya.
"Asal kalian tahu ya. Alden itu ketua geng motor Vandalas!"
"HAH?!"
"Teriaknya gak di kuping gue juga!" Akra menggeplak pelan kepala Oskar yang malah cengar-cengir.
"Lo serius Kra?" Tanya Bian tidak percaya karena yang dia curigai ketua geng Vandalas itu Ghali.
"Menurut lo gue bercanda?" Ucap Akra dengan wajah tak biasa.
"Kita bertiga itu dulu sahabat. Tapi kedatangan gue malah buat Yara jauh dari Alden. Makanya Alden benci sama gue." Sambung Akra.
"Udah fix nih, Alden pasti suka sama Yara." Ujar Eva sangat yakin.
"Sabar Kra. Cinta emang gak selamanya tentang kebahagiaan, tapi juga tentang pengorbanan."
"Jiiaak! Keren banget gak tuh kata-kata gue." Pekik Dito setelah mengucapkan kalimat bijaknya itu.
"Elleh. Sok bijak lo." Ejek Bian bercanda.
"Heh! Yang sopan dong! Gini-gini gue pawangnya semua cewek. Ya!" Ujarnya bangga.
Akra sedikit tersenyum mendengar candaan teman-temannya. Menurutnya kata-kata Dito ada benarnya juga, dan Akra percaya kalau setiap hubungan itu pasti ada pengorbanan agar bisa bahagia.
Tak lama kemudian terlihat Yara berlari kecil ke arah mereka, rambutnya yang selalu ia kuncir terombang-ambing ke kiri dan ke kanan akibat larinya.
"Pulang yuk."
"Kamu bicara apa Yar? Sama Alden?" Tanya Elora.
"Gue ngajak dia balik bareng. Supaya kalian juga bisa akrab sama dia, tapi dianya gak mau." Balas Yara kemudian menaiki motornya.
"Akra! Aku senang benget deh bisa satu sekolah sama sahabat aku." Akra hanya bisa tersenyum melihat wajah bahagia Yara itu.
"Aku juga senang yar, tapi aku juga takut."
•••
Sebenarnya sekuat apapun Alden ingin merebut Yara dari Akra kalau Yara memang sangat mencintai Akra, Alden pasti tidak akan bisa mendapatkan Yara. Tapi entah mengapa Akra sangat takut akan hal itu.
Sore itu hujan turun, tidak deras tapi cukup bisa membasahi tumbuhan, tanah dan hal-hal yang tidak berteduh. Tidak terasa musim hujan pun datang dan saat-saat seperti inilah Akra akan duduk di teras rumah sambil bermain gitar. Hanya terdengar alunan gitar yang begitu indah dengan suara hujan yang seperti sedang bernyanyi mengikuti alunan gitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambis
Teen Fiction[FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA] "Dunia itu tempatnya meninggalkan dan ditinggalkan. Karena pada intinya semua akan pergi jika sudah waktunya." [ cerita ini murni hasil fikiran saya. maaf jika ada kesamaan alur, nama tokoh, tempat, dan lain-lain]