“Dibalik tawa yang keras tersembunyi tangisan yang pilu”
—Ayara Aimara—••🕸••
Seperti biasa sebelum Akra pulang ke Rumahnya dia harus mengantar Yara pulang terlebih dahulu. Sebenarnya Yara sudah menolak tapi bukan Akra kalau tidak keras kepalaSetelah Akra mengantar Yara Akra ingin langsung pulang namun sebuah mobil putih berhenti di depan Rumah Yara membuat Akra menurunkan niatnya
Mereka berdua terus memandangi mobil itu dan kemudian terlihat seorang laki laki paruh baya turun dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk teman semobilnya
Yara menatap kedua orang itu dengan tatapan tak suka, baru 5 bulan orang tua Yara berpisah dan sekarang Mamanya sudah menemukan laki laki lain? Rasanya Yara ingin berteriak dan menangis sejadi jadinya
"Yar?" Akra meraih tangan Yara seakan tau apa yang Yara rasakan saat ini
Yara berjalan kearah Mamanya membuat tautan tangan itu terlepas. Akra hanya bisa memandanginya dari belakang memperhatikan apa yang akan Yara lakukan
"Dia siapa Mah?" Tanya Yara memandangi laki laki itu dari atas sampai bawah.
"Hmm Di-Dia" Yara beralih menatap Mamanya yang gugup. Mama Yara seperti bingung harus menjawab apa.
"Dia?"
"Aku pulang dulu ya?" Pamitnya kepada Mama Yara
"Buru buru amat Om, gak mau ke dalem Rumah dulu?" Tawar Yara
"Tidak usah, lain kali saja" Ucapnya kemudian berlalu pergi menggunakan mobilnya
"Pacar Mama ya? Atau sugar dady Mama?-"
PLAK
Yara terhuyung kesamping akibat tamparan Mamanya, Akra yang melihat itu pun buru-buru menghampiri Yara
"Jaga bicara kamu Yara! Dia itu teman Mama!" Bentak Mama Yara
"Tante bisa gak, gak usah kasar sama Yara?"
"Heh! Akra. Kamu itu cuman pacar Yara, kamu gak berhak ikut campur urusan pribadinya!" Tegas Mama Yara
Akra menatapnya tak percaya, Mama Yara emang udah berubah. Dia bukan lagi tante Clara yang ia kenal
"Akra bukan bermaksud ikut campur tante, tapi-"
"Sudah sudah lebih baik kamu pulang" Ucapnya kemudian berlalu memasuki Rumahnya tanpa melirik Yara yang memegangi pipinya yang terasa sakit akibat tamparannya
"Yar....." Panggil Akra lembut seraya mengangkat kepala Yara yang terus menunduk
"Kenapa Mama aku jadi begitu Kra?" Akra hanya bisa menghapus air mata Yara yang membasahi pipinya. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Ke-kenapa Mama jadi kasar sama aku? A-aku gak suka Kra" Yara menangis sesenggukan membuat Akra semakin tak tega
Akra membawa Yara kedalam pelukannya tanpa mengeluarkan sepatah kata, dia hanya mendengarkan tangisan pilu Yara yang membuatnya ingin menangis.
•••
Di base camp Vandalas kini terlihat sangat rusuh karena Aodra tidak bubar
"LO TOLOL BANGET SIH GHAL! JELAS JELAS LO UDAH NGALAHIN AKRA, NGAPAIN LO SOK-SOAN NAWARIN KESEMPATAN KEDUA?!" Bentak seorang laki laki dari seberang telepon
"So-sorry bos, gue kira gue bakal menang"
"Tau nih Bos, si Ghali. Udah tau kalo Akra sama Yara 11 12 jagonya" Tambah teman Ghali yang mendengar percakapan mereka karena Ghali meloudspeker handphonenya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ambis
Teen Fiction[FOLLOW DAN VOTE SEBELUM MEMBACA] "Dunia itu tempatnya meninggalkan dan ditinggalkan. Karena pada intinya semua akan pergi jika sudah waktunya." [ cerita ini murni hasil fikiran saya. maaf jika ada kesamaan alur, nama tokoh, tempat, dan lain-lain]