13.

134 37 12
                                    

"Kalian kenapa?" Rian masuk semakin dalam ke UKS memperhatikan Al dan Yuki bergantian.

"Kalian lagi marahan? Tumben saling buang muka gitu?"

"Nggak!" Jawab Al dan Yuki kompak.

"Ohhh,," respon acuh tak acuh itu membuat Al berdecih sebal.

"Lo ngapain ke sini? Bukannya udah masuk jam pelajaran?" nada bicara Al yang terdengar seperti orang marah itu membuat Rian menatap sinis sahabatnya.

"Gue belain-belain bolos cuma buat lo Al. Tadi gue sampe akting di depan Bu Rahma biar bisa nemenin lo di sini, dan balasan lo gini? Seolah lo nggak suka gue ada di sini."

"Emang!"

Ya tadi setelah membaca chat dari Al yang mengatakan cowok itu berada di uks untuk menemani Yuki, Rian hanya membalas 'Oke'. Namun setelah beberapa menit mendengar materi yang dijelasakan Bu Rahma, cowok itu merasa mengantuk dan tiba-tiba saja otaknya memiliki ide cemerlang.

"Aduhh, awss," desisnya kencang sembari memegang kepalnya. Rian sengeja melakukannya agar Bu Rahma mendengar.

"Kamu kenapa?" berhasil. Bu Rahma mulai terperangkap kedalam tipuannya.

"Aduh bu sepertinya magh saya kambuh bu, tadi pagi saya tidak sempat sarapan," ada kerutan yang tergambar jelas dikening wanita yang berstatus guru tersebut.

"Jika magh kamu kambuh kenapa kepala kamu yang sakit?"

"Itu bu anu,,, saya sering gini bu, kalau magh lagi kambuh kepala saya ikut cenut-cenut bu. Saya ijin ke uks ya bu, mau ambil promagh sama istirahat bentar. Sepertinya saya nggak kuat bu, mau pingsan rasanya." dan setelah mengatakan kalimat panjang lebar itu Rian keluar dari kelas dengan sebelah tangan memegang perutnya sebelah lagi memijat kepala pura-pura seperti orang sakit beneran.

Mendengar cerita Rian, Al memiliki sebuah pertanyaan.

"Setelah tadi lo bilang mau ke uks Bu Rahma udah ngijinin?" Rian menggeleng sebagai jawaban.

"Bego!" umpat Al kesal. Namun Rian seperti tidak perduli, yang penting baginya sekarang dia sudah bebas dari tuntutan belajar. Begitu kiranya isi otak Rian saat ini.

"Btw, Lo kenapa Ki, kok bisa sampe bonyok gitu?" sebenarnya Rian yang terlalu berlebihan. Yuki hanya memar di keningnya itu pun sudah diplester oleh Al.  Juga tangannya yang tergores paku sudah di perban sejak dia terlelap tadi. Hanya itu, selebihnya penampilan gadis itu saja yang berantakan, namun sekarang sudah lebih baik kok.

"Gakpapa," balas gadis itu datar.

"Gikpipi," sepertinya Rian tidak terima dengan jawabannya.

"Cewek emang suka Gitu Rian, kalo ditanya kenapa jawabnya pasti gikpipi. Padahal orang buta juga tahu, mana ada gakpapa kalo sampe bonyok gitu," monolog cowok itu, seolah tengah menyindir jawaban Yuki dengan kalimatnya barusan.

"Bukan urusan lo," jika bukan gadis yang disukai sahabatnya, Rian pastikan Yuki sudah dia maki-maki sendari tadi.

Bagaimana bisa Al, masih bertahan dalam rasa sukanya pada gadis semenyebalkan Yuki.

"Al kok lo bisa sih suka sama cewek nyebelin kek dia?" yang ditanya hanya mengedikan bahu tidak perduli.

Merasa diabaikan Rian memilih berbaring di brankar sebelah Yuki, menutup tirai yang menjadi skat penghubung dengan keras. Sengaja, agar Al dan Yuki tahu bahwa dirinya saat ini tengah kesal.

"Cuekin aja, ntar kalo butuh juga balik lagi," ujar Al pada Yuki.

🎡🎡🎡

After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang