9.

757 139 10
                                    

"kenalin nama aku Yuki, kamu pasti Syifa kan?  Ibu sering banget cerita tentang kamu. " gadis berambut pendek itu membalas uluran tangan didepannya dengan wajah bingung.

"Mulai sekarang kita temenan yah,"

Usia mereka baru 8 tahun. Baru menduduki bangku SD. Keduanya semakin dekat. Meski mereka sekolah ditempat yang berbeda Yuki selalu meminta Syifa untuk kerumahnya. Tak jarang Yuki juga singgah ke rumah Syifa saat hari minggu tiba. Dan disana Yuki mulai dekat Bagas, kakak laki-laki Syifa. Menjelang kelulusan sekolah Yuki meminta pada Syifa untuk bersekolah ditempat yang sama dengannya.

"Pokoknya gue nggak mau tahu, kita harus sekolah di tempat yang sama. " gadis itu memaksa tanpa mau dibantah.

"Itu sekolah mahal Yuk, gue nggak bisa. Kak Bagas juga baru lulus SMA, dia mau melanjutkan pendidikannya. Gue mau sekolah di sekolah biasa-biasa saja. Lagi pula yang sekolah di sana rata-rata anak orang kaya sementara gue, gue cuma anak dari asisten rumah tangga. "

"Gue akan bilang ke Ayah sama Bunda supaya masukin lo ke sekolah yang sama. "

"Yuk, "

Mereka sudah bersahabat sejak usia 8 tahun. Dan di usia ke 12 tahun ini persahabatan mereka semakin erat. Mereka bersekolah di sekolah yang sama. Sejak saat itu juga Yuki kembali memaksakan kehendaknya. Gadis itu memohon kepada orang tuanya agar Syifa dan ibunya juga Bagas tinggal di rumah mereka. Mengingat ada dua kamar kosong yang memang di khusus kan untuk pekerja dirumah mereka.

Sebagai anak tunggal dari keluarga berkecukupan gadis itu selalu mendapatkan apa yang dia mau.

Semua berjalan dengan cepat mereka sudah menduduki bangku smp. Berada di satu kelas membuat mereka semakin tak terpisahkan. Di sini mereka mulai mengenal laki-laki manis, tinggi yang memiliki lesung pipi ketika tersenyum. Laki-laki bernama Maxime. Mereka bersahabat dan Yuki tahu ada rasa diantara kedua sahabatnya.

"Kerjain PR gue, gue nggak mau tahu pokoknya sebelum istirahat PR gue harus udah jadi. " dan ketika keduanya terpisahkan memberi celah bagi orang lain untuk menindas Syifa.

"Jangan pernah bilang sama bodyguard lo. " yang di maksud adalah Yuki.

Syifa mengangguk, menuruti apa yang di mau anak itu. Dia tahu apa yang akan di dapatnya ketika menolak. Dan sebelum semua itu terjadi lebih baik baginya jika dia diam menuruti.

Yuki masuk ke kelasnya dengan bersenandung kecil. Gadis itu tersenyum saat matanya melihat Syifa yang duduk dengan wajah serius sembari mengerjakan sesuatu pada bukunya. Yuki mendekat dan melongokan kepalanya saat sudah sampai di depan meja Syifa.

"Lagi ngapain lo? "

"Astagfirullah.. " buru-buru Syifa menutup bukunya. Padangannya mengarah ke lain tempat. Tidak berani menatap Yuki.

"bu-bukan apa-apa. Itu tadi,,, tadi lagi bosen cuma coretan biasa. " curiga. Yuki tidak percaya dengan alasan yang Syifa berikan.

Dia merebut paksa buku ditangan Syifa, matanya menyimpit. Seingatnya tidak ada PR matematika hari ini. Dan jikapun ada mereka akan mengerjakannya bersama-sama di rumah bukan di sekolah.

Yuki kembali membuka buku ditangannya ke halaman paling depan. Wajahnya berubah kesal saat nama yang ia baca bukan nama sahabatnya.

"Yuki lo mau kemana? " tamat sudah riwayatnya jika Yuki menemui Lala.

"Mau ngasih bimbingan privat sama si Lala biar tuh cewek pinteran dikit. " Syifa tahu bimbingan seperti apa yang akan Yuki berikan, dan jika sudah begini gadis itu tidak bisa melakukan apa-apa selain mengikuti Yuki dari belakang, mencegah sahabatnya agar tidak berbuat lebih seperti sebelum-sebelumnya.

After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang